Kemerdekaan dan permainan lari balap karung - OPSINTB.com | News References

13/08/25

Kemerdekaan dan permainan lari balap karung

Kemerdekaan dan permainan lari balap karung

 
Kemerdekaan dan permainan lari balap karung

OPSINTB.com - JATUH atau terguling pasti disambut gelak tawa. Begitulah keseruan permainan lari balap karung. 


Permainan satu ini masih bertahan hingga sekarang, di umur 80 tahun Indonesia merdeka. Keduanya seperti satu kepingan koin logam yang tak terpisahkan.


Di saat lomba-lomba lain sudah musnah semisal panjat pinang, tapi permainan balap lari menggunakan karung tetap eksis. Tidak menggelar lomba ini nampaknya serasa ada yang kurang saat peringatan kemerdekaan Indonesia berlangsung.


Saking populernya, tidak heran jika permainan satu ini sudah merambah keberbagai kegiatan sosial. Seperti memeriahkan hari besar islam, kegiatan adat sampai dengan ulang tahun desa, lomba ini pasti ada, bahkan sampai kegiatan komunitas. 


Salah satu yang mempengaruhi nampaknya adalah aturan permainan yang mudah, media permainannya juga cepat didapat, sudah barang tentu dengan ongkosnya yang murah meriah.


Ada dua versi tentang awal munculnya permainan satu ini. Pertama, permainan ini disebut-sebut pertama kali dikenalkan oleh misionaris Belanda melalui tuan tanah, pemilik pabrik gula, dan pemilik perkebunan yang merupakan orang kulit putih.


"Dalam negeri asalnya dikenal dengan sebutan Zaklopen, yang artinya balap karung," seperti tertulis dalam Histourism.id.


Biasanya permainan ini digelar saat perayaan hari ulang tahun Ratu dan Raja Belanda. Kendati belum diketahui pasti kapan tiba di Hindia Belanda.


Histourism mencatat, menyebutkan diperkirakan saat VOC bangkrut, pemerintahan Hindia Belanda diambil oleh Kerjaan Belanda. 


Menurut sumber ini, saat itu kebutuhan akan personil kulit putih di Hindia Belanda, orang-orang Belanda berdatangan dan bermukim. Terciptalah pemukiman orang kulit putih dibeberapa wilayah di Jawa.


"Saat itulah balap karung dimainkan di komunitas Belanda dan kulit putih setiap Hari Ratu atau Raja," tulis Histourism.


Pemilik perkebunan di Sumatera, misalnya, kerap menggelar permainan ini pada Hari Ratu tiba. 


Di Batavia, balap karung dimainkan di tanah-tanah parikelir milik kulit putih Belanda. Pribumi yang memainkannya adalah mereka yang bermukim di tanah itu. 


"Di hampir setiap koloni Belanda, balap karung dimainkan penjajah dan rakyat tanah jajahan," tulis dikutip dari sumber yang sama.


Balap karung mencapai puncak popularitasnya pada dekade pertama abad ke 20. Permainan ini sempat dipertandingkan di Olimpiade St Louis 1904.


Mo Farah, atlet AS, keluar sebagai peraih medali emas balap karung pertama. Ia mencatatkan waktu kurang 40 detik untuk jarak 100 meter. Namun setelah itu, balap karung tak dipertandingkan kembali di olimpiade berikutnya.


Di Hindia Belanda, balap karung kali terakhir dimainkan serdadu kulit putih tahun 1948, atau setahun sebelum mereka hengkang dari wilayah yang hendak dijajah kembali usai Perang Dunia II.


Dr Ari Wibowo Kurniawan dalam bukunya yang berjudul Olahraga dan Permainan Tradisional, mengatakan permainan balap karung sudah ada sebelum Indonesia merdeka, melainkan sejak zaman penjajahan Belanda. 


Permainan ini sering dilakukan oleh mereka yang usia 6 hingga 12 tahun pada saat ada perayaan di sekolah-kolah belanda. 


Versi kedua menyebutkan, balap karung lahir dari kekecewaan orang-orang pribumi yang tidak mampu membeli pakaian akibat penjajahan Belanda. Lantaran tidak memiliki uang yang cukup kebanyakan pribumi waktu itu menjadikan karung goni sebagai penutup tubuh.


Lantaran kesal, mereka menginjak-injak karung itu hingga bolong. Yang awalnya sebuah bentuk kekesalan, kebiasaan melompat-lompat di dalam karung goni lambat laun bertransformasi menjadi sebuah permainan yang dipertandingkan hingga sekarang.


Terlepas dari kejelasan asal-muasalnya, ada sejumlah nilai budaya yang bisa kamu ambil dari permainan balap karung, misalnya nilai kerja keras dan sportivitas. 


"Nilai kerja keras tercermin dari usaha para peserta untuk sampai ke garis akhir. Tentunya, balapan dengan kaki di dalam karung goni tak semudah berjalan atau berlari biasa," tulis Bella Manoban di IDN Times.


Dr Ari Wibowo Kurniawan, dalam bukunya menulis permainan ini memiliki nilai budaya. Selain kerja keras dan sportivitas, juga didapati  nilai kerjasama yang tercermin dalam kelompok yang sedang bermain.


Saat ini permainan balap karung telah bertransformasi. Dulu, pemain akan menggunakan media karung untuk berlari dengan cara lompat, tanpa penutup kepala.


Saat ini, pemain menggunakan tutup kepala berupa helmet dan lompat sambil jongkok.


"Permainan balap karung dapat dikategorikan sebagai segala umur," tulis Dr Ari Wibowo Kurniawan. (kin)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama