OPSINTB.com - Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), pertama kali mengekspor jagung ke Filipina. Tumbuhan bernama latin Zea Mays itu dibawa, melalui Pelabuhan Badas, Sumbawa.
Ekspor tersebut diprakarsai oleh PT Seger Agro Nusantara.
Eksekutif Asisten PT Seger Agro Nusantara, Sutikno Leksono Widodo mengatakan, ekspor adalah salah satu alternatif. Bagaimana pengiriman dilakukan waktu yang tepat.
"Di pasar ekspor kita ketemu dengan Filipina dan Thailand, itu pesaing kita," kata Sutikno, Selasa (24/6/2025).
Agar bisa bersaing, imbuhnya, salah satunya dengan meningkatkan produktifitas petani agar harga jagung bisa bersaing di luar negeri.
Dia meyakini, peningkatan hasil produksi masih terbuka lebar. Lantaran banyak di daerah NTB, khususnya sumbawa baru sekali tanam disebabkan tanah tadah hujan.
Jika ada pompa, embung, hingga bendungan produksi bisa meningkat karena dua kali tanam.
Dia mengatakan, pendapatan petani bisa bertambah jika efesiensi logistik cost. Menurutnya, biaya selama ini sangat besar sekali akan membebani harga jagung nantinya.
"Memang jagung kita akan diserap oleh gabungan pakan ternak seluruh Indonesia. Karena ujung kirinya jagung-ujung kanannya protein," ucapnya.
Lantaran itu, sebutnya, jagung vital. Dia berharap produksi bisa naik 50 sampai 60 persen.
"Butuhnya hanya satu yakni air," ujarnya.
Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot membeberkan, wilayah ini merupakan produksi tertinggi di NTB. Memiliki kontribusi besar stok jagung nasional.
"Ini keuletan kerjasama kita dengan mitra-mitra, PT Seger Agro Nusantara, dan teman-teman lain untuk melakukan konsolidasi," ucap Jarot.
Luas lahan sekitar 98 ribu hektar, dengan hasil produksi 715 ribu ton. Saat ini 3000 ribu ton, namun demikian masih banyak petani yang belum panen.
Hingga bulan Mei kemarin produksi jagung 267 ribu lebih. Hasil itu dari 60 ribu hektar yang sudah panen.
Terkait hal itu pihkanya tengah melakukan langkah-langkah, meski secara bertahap. Termasuk dengan bantuan alat panen.
Informasi dari Kementan, rencana kuota 20 ribu. Namun sementara kebutuhan hanya 6000 ton.
Sebab bukan kebutuhan jagung nasional menjadi ukuran. Namun bergantung pada kebutuhan luar negeri.
Dia memaparkan ada beberapa negara yang bersaing, namun jagung Sumbawa lebih unggul dari Thailand dan beberapa negara lain.
Kendati demikian, ada kesulitan yakni mulai keterbatasan gudang penyimpanan. Buntutnya Bulog dan mitra kesulitan saat puncak panen.
Dampaknya banyak jagung yang menumpuk di tempat terbuka dan rentan rusak.
Selain itu alat bongkar yang masih manual. Menyebabkan terhambatnya proses muat kapal.
"Kita optimis produksi kita bisa melampaui tahun 2024 kemarin," yakinnya.
Sementara itu, Asisten II Setda Provinsi Nusa Tenggara Barat, L M Faozal menerangakan, salah satu problem yang dihadapi adalah space. Menurutnya, dari produksi ke pasar harus melalui proses penyimpanan dulu.
"Tidak bisa ujug-ujug dari sawah, ladang langsung ke pembeli," ucapnya.
Terkait hal itu pihaknya tengah mencari solusi. Yang paling bagus setelah produksi ada tempat untuk penyimpanan terlebih dahulu. Dengan demikian kualitas jagung bisa terukur.
Dia membeberkan, pihaknya masih mensinkronkan data antara BPS dengan dinas pertanian. Ada perbedaan hampir lebih 100 persen.
Perbedaan itu pada luas panen dan produksi. Di lapangan, lanjut dia, ada jagung yang hampir jumlahnya 1 juta ton yang harus diidentifikasi kemana dijual.
"Supaya petani sudah tanam jagung tapi tidak dapatkan duit, inikan harus dijaga," ucapnya.
Dia mengatakan saat ini Bulog ditargetkan serapan jagung hingga 78 ribu ton. Tapi hingga sekarang baru 21 ribu ton yang terserap.
Dikatakannya, ekspor ini antara pengusaha dan petani, bukan di pemerintah. Yang bisa di kontrol ialah pada harga beli oleh Bulog.
"Kalau ini murni bisnis," ucapnya. (kin)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami