Kisah pilu Sonia, anak nelayan dari pulau terluar NTB berjuang menjadi polwan - OPSINTB.com | News References -->

12/02/25

Kisah pilu Sonia, anak nelayan dari pulau terluar NTB berjuang menjadi polwan

Kisah pilu Sonia, anak nelayan dari pulau terluar NTB berjuang menjadi polwan

 
Kisah pilu Sonia, anak nelayan dari pulau terluar NTB berjuang menjadi polwan

OPSINTB.com - Aroma khas air laut melebur bersama partikel udara. Baunya begitu menyengat. 


Dari aroma sudah bisa ditebak lokasi itu di pinggir laut. Sesekali asap putih mengepul lewat celah asbes, bergerak tak beraturan karena ditingkahi angin.


Dari dalam gubuk sesekali terdengar suara batuk. Mungkin itu disebabkan makanan yang dihangatkan.


Di pemukiman itu, pemandangan sedikit kontras dengan rumah yang letaknya di pinggir laut. 


Gubuk berbahan bambu, dengan atap asbes. Kondisinya sudah nampak reot.


Rumah itu ditumpangi oleh empat orang. Yang terbagi menjadi empat bagian.


Satu kamar khusus ditempati oleh anak perempuan berumur 20 tahun. Satu bagian merupakan dapur, dan dua lainnya tempat menampung peralatan.


Di bagian bangunan yang terpisah, satu gazebo sekaligus kamar tidur dan sebuah kamar mandi berdinding kayu tanpa atap. Sedang untuk air mandi dan lainnya diambil dari sumur luar.


Gubuk derita itu ditempati oleh keluarga pasangan Marjun dan Mili, beserta ketiga buah hatinya.


Tapi nampaknya kondisi itu tak membuat keluarga Marjun kerdil. Justra yang terlihat kuat adalah asa untuk meraih kesuksesan.


Bagaimana tidak, salah seorang anak dari pasangan Marjun dan Mili bertekad untuk menjadi seorang abdi negara yakni bergabung dengan Kepolisian Republik Indonesia, sebagai Polisi Wanita (Polwan).


Dia adalah Sonia, perempuan kelahiran 19 Desember 2005 lalu. Nia, panggilan akrabnya merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.


Dara cantik asal pulau Lemerang, Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru ini mengaku pernah mencoba untuk ikut seleksi namun gagal.


"Dulu saya gagal karena nilai raport dan tes psikologi," ucapnya Rabu (12/2/2025).


Pulau Lemerang, merupakan salah satu pulau terluar di Nusa Tenggara Barat. 


Remaja 20 tahun itu, terhitung sudah dua kali mengikuti tes. Namun nasib tetap belum berpihak kepadanya.


Kendati demikian, dirinya mengaku tak akan menyerah untuk meraih cita-citanya tersebut.


Untuk membuktikan keseriusannya itu, dirinya tetap melangkah. Dengan cara tetap semangat belajar dan mengikuti bimbingan belajar (bimbel) untuk ikut lagi mendaftar ke depanya. 


Demi tercapainya cita-cita dan harapan kedua orang tuanya yang menopang kehidupan sebagai nelayan dan pengumpul barang bekas (pemulung) di pulau Lemerang.


"Meski saya hanya anak seorang nelayan pulau dan hidup serba kekurangan, saya yakin pasti bisa lolos di pendaftaran berikutnya,” semangatnya.


Dia mengaku kondisi yang dihadapi saat ini memang tak seberuntung remaja seusianya. Dirinya harus tinggal di gubuk reot. Tidur di pondok berukuran 180x180 centi meter.


Ayah dan ibunya, harus tidur di gazebo. Bangunan ini tidak hanya sebagai kamar tapi juga tempat menjamu tamu.


Perjuangan menggapai cita-cita menjadi Polwan diakuinya tak akan pernah padam, meski menelan dua kali gugur.


Dia berharap bisa lolos menjadi Polwan, karena ingin mengangkat derajat orang tua dan membuatkan rumah yang layak untuk mereka.


"Besar harapan saya bisa lolos, supaya bisa bangunkan kedua orang tua saya rumah, karena kondisi rumah saat ini sudah reot dan lapuk,” ucapnya sedih, sambil memalingkan wajahnya keluar rumah.


Sementara orang tua Sonia, Marjun, berharap besar agar Kapolda NTB bisa memberikan afirmatif action untuk anaknya agar bisa bergabung di instansi Polri.


"Besar harapan saya agar anak kami bisa ikut bergabung di instansi Polri," harapnya.


Karena kegigihan anaknya tersebut, serta kondisi kehidupan keluarganya, ia berharap Kapolda NTB dapat memberikan afirmatif action bagi generasi muda-mudi dari pelosok negeri untuk berkarir di instansi Polri. (zaa)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama