OPSINTB.com - Tumpukan pasir berjejer rapi. Buruh di lokasi itu sibuk.
Sesekali dump truck, secara bergantian masuk. Sedang yang lainnya secara bergiliran menuangkan pasir ke alat pengayak.
Di antara sekian banyak laki-laki dewasa, hanya satu orang wanita yang menyita perhatian. Dia adalah Zifani, anak Mawardi, seorang buruh di lokasi pengayakan pasir itu.
Di tengah kesibukannya, Mawardi, sesekali menggendong buah hatinya yang beru berumur dua tahun itu. Meski tanpa baju, dirinya terlihat telaten mengurus Zifani.
Sesekali, Zifani, merasa bosan dengan lokasi itu. Mawardi pun menggendong anaknya. Mawardi nampak sabar menghadapi tingkah anaknya.
Melihat anak seumur Zifani, berada di lokasi penangkaran pasir, perasaan seperti berkecamuk. Seperti melewati lorong waktu, membawa ke ingatan masa lalu.
Sedari kecil Zifani, menjadi saksi kedalaman cinta ayahnya. Yang hanya seorang buruh pengayak pasir berjuang demi kebahagiaannya.
Mawardi, pria asal Lingkungan Timba Lindur, Kelurahan Suryawangi, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur ini terpaksa membawa anaknya ke tempat kerja lantaran sang istri tercinta telah meninggal dunia.
Ia tak bisa menitipkannya ke orang lain, karena keluarga dan kerabat sekitar juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Toh juga Mawardi lebih tenang jika anaknya ikut bersamanya. Ia justru khawatir kalau dititipkan, gadis kecil kesayangannya itu merasa jauh darinya.
"Saya merasa khawatir kalau anak saya tidak ikut," ucap Mawardi kepada awak media, Rabu (04/12/2024)
Dia menceritakan, dirinya pernah merantau ke Malaysia. Sepulang dari negeri Jiran, ia menikah.
Tapi sayang, hubungan sucinya itu tak bertahan lama, malah ditinggal pergi, menikah dengan orang lain.
Setelah itu, tuturnya, dirinya kembali merantau ke Kalimantan. Sepulangnya dirinya menikah lagi dengan Almarhum ibunya Zifani.
Namun lagi-lagi takdir berkata lain, istrinya lebih dulu pergi menghadap sang Ilahi. Kini, Mawardi hanya punya Zifani, si buah hati.
Penghasilannya sebagai buruh pengayak pasir disebutnya tak seberapa, tak cukup untuk memenuhi kebutuhannya berdua.
Tapi tak menyurutkan semangatnya untuk terus hidup lebih baik. Ia bertekad memberikan kasih sayang terbaik buat anaknya, bahkan hingga Ia dewasa nanti.
"Saya akan tetap berusaha sekuat tenaga," kata Mawardi.
Meskipun nasib buruk selalu menimpa hidupnya, wajahnya selalu tegar, tak sedikitpun menunjukkan rasa lelah dan putus asa.
Baginya, kata dia, hidup memang penuh dengan warna, dengan banyak rasa yang kadang datang silih berganti menghampiri.
Dikatakannya, dirinya dengan si buah hati, tinggal di sebuah rumah kecil bantuan korban gempa.
Puing-puing dan reruntuhan rumah lamanya masih berserakan di halaman depan kediaman Mawardi. Kendati demikian, Ia tetap bersyukur masih memiliki tempat tinggal yang layak bersama anaknya.
"Saya bersyukur masih bisa tinggal ditempat yang layak," pungkasnya. (zaa)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami