Nasib Sukardi tak seharum saat membawa nama Lotim di kancah nasional - OPSINTB.com | News References -->

24/11/22

Nasib Sukardi tak seharum saat membawa nama Lotim di kancah nasional

Nasib Sukardi tak seharum saat membawa nama Lotim di kancah nasional

 
Nasib Sukardi tak seharum saat membawa nama Lotim di kancah nasional

OPSINTB.com - Pagi menjelang siang bersama suasana alam yang sedikit murung. Hanya awan hitam nampak menggantung di langit menutup cerahnya.

Kondisi alam ini tampaknya sama dengan nasib Lalu Sukardi. Di wajahnya tak ada nampak keceriaan, yang tersisa hanya was-was.

Sesekali ia menengadah ke langit, melihat awan hitam. Bak pawang hujan, dirinya memprediksi bagaimana lebatnya hujan yang akan turun.

Bukan untuk menguji imajinasi, namun dengan begitu ia bisa mempersiapkan diri dan keluarga untuk menghadapinya. Pasalnya, rumah yang ditempatinya bocor, bahkan rembesan air membasahi tembok rumah tua itu.

Kondisi miris Lalu Sukardi ini berbanding terbalik dengan apa yang pernah ia perbuat, untuk Gumi Patuh Karya. Dirinya tercatat pernah mengharumkan nama Lombok Timur di tingkat nasional pada tahun 2011 yang lalu.

Ia salah satu pemuda pelopor yang mewakili Lombok Timur dan Nusa Tenggara Barat, melalui bidang Teknologi Tepat Guna. Menterengnya prestasi itu tak plak membuat dirinya diperhatikan oleh pemerintah.

Yang terjadi justru sebaliknya, ia harus banting tulang jadi buruh serabutan untuk menghidupi keluarganya. Piala yang pernah ia raih dengan rasa bangga di bidang inovasi pertanian, dibiarkan tak terurus di sudut pojok rumah.

Prestasi Lalu Sukardi di kancah nasional berbanding terbalik dengan kondisinya saat ini. Peraih peringkat ketiga pemuda pelopor tingkat nasional dalam Bidang Tekhnologi Tepat Guna ini hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.

Warga Dusun Dayan Peken, Desa Kotaraja, Kecamatan Kotaraja ini, kini hanya tinggal di rumah yang tak layak bersama empat orang anaknya. 

Rumah berukuran 8x6 meter yang ditempatinya itu, selain bocor, kayu-kayu penyangga atap rumahnya sudah mulai lapuk dimakan usia.

Bahkan sekedar untuk memperbaiki posisi genteng pun ia tak berani. Dikhawatirkan beban yang semakin berat bisa menyebabkan atapnya ambruk. Tak heran rasa was-was selalu menghantuinya saat hujan tiba.

"Kayu penyangga tengah sudah patah. Kalau hujan besar, tidak nyenyak tidur. Takut ambruk atapnya," tutur Sukardi.

Rembesan air hujan juga membasahi tembok-tembok rumahnya yang tua. Dengan kamar mandi seadanya, yang dibuatnya di luar rumah tanpa atap dan pagar permanen.

Meskipun dalam kondisi yang memprihatinkan, Sukardi tak pernah mengeluh. Dalam hatinya ia selalu berprasangka baik, dirinya jika masih ada orang yang hidup lebih memprihatinkan dari padanya.

"Saya selalu bersyukur. Mungkin masih ada yg lebih susah dari kami," ujarnya.

Meskipun dalam kondisi yang sangat kekurangan, pendidikan anak-anaknya adalah prioritasnya. Bahkan putri sulungnya berhasil menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi dari beasiswa yang didapatkannya.

"Kalau tidak dapat beasiswa, kami tidak mampu. Kalau yang kedua baru tamat SMA. Untuk kuliah, kami belum mampu," kata dia.

Sukardi mengaku sempat mendapat bantuan melalui Program Keluarga Harapan. Namun entah mengapa dua tahun terakhir namanya tidak terdaftar lagi sebagai penerima bansos. Selain berharap mendapat bantuan rehab rumah, Sukardi juga berharap kemampuannya dalam bidang inovasi pertanian dapat dimanfaatkan. (kin)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama