Mengunjungi pameran dan bursa keris di Maiq Meres Expo - OPSINTB.com | News References -->

14/10/22

Mengunjungi pameran dan bursa keris di Maiq Meres Expo

Mengunjungi pameran dan bursa keris di Maiq Meres Expo

 
Mengunjungi pameran dan bursa keris di Maiq Meres Expo

OPSINTB.com - Sebanyak 35 keris pusaka peninggalan nenek moyang Suku Sasak dipamerkan dalam Pameran dan Bursa Keris, Pedang, Tombak, dan Pemaje di salah satu stand Maiq Meres Expo di Alun-Alun Tastura, Kota Praya, Loteng. Keris-keris tersebut rata-rata sudah berusia ratusan tahun. 

''Bahkan ada yang usianya sudah 600 tahun,'' kata Ketua Paguyuban Keris Tangguh Trasne, Lalu Awaludin pada Opsintb.com, Jumat (14/10/2022).

Awaludin mengatakan, proses pengumpulan keris-keris kuno tersebut dilakukan dengan melakukan pendekatan ke masyarakat. Dijelaskan, di suatu desa atau kampung masih ada sepuh masyarakat yang masih menyimpan keris bertuah. 

''Misalnya di desa ini ada namanya Keris Belabur Segare, ada namanya Baloq Belang, dan macam-macam, karena ini adalah salah satu senjata yang bertuah secara turun temurun,'' jelasnya. 

Untuk bertahan hingga ratusan tahun, cara perawatan keris-keris bertuah tersebut dilakukan tak sembarangan. Ada trik khusus, misalnya dicuci menggunakan minyak wangi, air jeruk, air kelapa, dan air kembang.

Adapun keris-keris peninggalan para sepuh Suku Sasak adalah keris perpaduan antara Suku Sasak dan Bali. Hal itu disebabkan adanya kesamaan adat dan budaya antara Suku Sasak dan Bali. Berbeda dengan keris dari Pulau Sumbawa yang lebih condong mengikuti model keris Melayu karena condong ke Suku Bugis di Sulawesi. 

''Hanya saja yang memedakan keris Lombok dan Bali itu kadang dilihat dari sarungnya,'' terangnya. 

Selain keris usia ratusan tahun, dalam pameran tersebut juga dipamerkan keris berusia 1 tahun, tetapi bahan pembuatannya menggunakan bahan keris yang usianya sudah ratusan tahun yang didaur ulang kembali. 

Sebagai seorang Ketua Paguyuban yang mengoleksi benda pusaka, dia tak menampik ada keris yang bisa berdiri sendiri dan dikendalikan oleh pemiliknya. Hanya saja pembuatan keris semacam itu tidak serta merta jadi dalam waktu singkat. 

''Butuh bertahun-tahun, penjiwaan, dan hati serta pikiran yang suci dari empunya untuk membuat keris seperti itu,'' tuturnya. 

Selain keris, dalam pameran tersebut juga dipajang untuk diperjualbelikan kayu sebagai gagang atau pegangan keris. Namun, yang menjadi daya tarik masyarakat adalah gagang dari kayu Berore dan Purnama. Yang membedakan dua jenis kayu langka tersebut bentuk motifnya. 

''Berore lebih sering dipakai sebagai pegangan. Purnama kecenderungannya dipakai untuk warangka (sarung),'' jelas Sukirman, kurator keris di paguyuban tersebut. 

Diakuinya, utuk mengumpulkan kayu Berore dan Purnama, tidaklah mudah. Disebabkan, kedua jenis kayu tersebut sekarang sudah langka. Ia mengatakan, kedua jenis kayu tersebut hanya bisa ditemukan di kawasan Gunung Rinjani, hanya saja perbandingannya 1 berbanding seribu. 

''Artinya sulit sekali ditemukan. Di antara ribuan jenis kayu di sana, paling ada 1 yang tumbuh,'' akunya. 

Untuk itu, harga yang dipatok untuk pecahan-pecahan kayu sebagai pegangan dan sarung keris tersebut bervariasi dan tergantung juga motifnya. Harga dipatok 1-4 juta. (wan)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama