OPSINTB.com - Pagi sekira pukul 06.00 warga lalu lalang. Mereka bersiap-siap menuju tempat ia biasa beraktivitas.
Anak-anak lengkap dengan seragam merah putih sumringah ke sekolah. Semua berpakaian rapi, dan menebar senyum.
Sebagian lagi nampak menggunakan baju adat lengkap. Jalan menuju gerbang masjid kuno.
Tak berselang lama, puluhan dulang berwarna kuning keemasan, bertudung merah juga terlihat. Perempuan yang membawanya berpakaian adat menuju masjid kuno.
Setelah berkumpul di tempat suci itu, tetua desa memimpin zikir dan do'a. Lengkap dengan sesangan dan sanganan yang sudah disiapkan.
Usai berdo'a, sebagian laki dan perempuan secara bergiliran membasuh muka. Setelah itu mereka berangkat menuju makam yang dikeramatkan.
Sekira pukul 09.00, Bupati Lombok Timur, HM Sukiman Azmy juga terlihat menghadiri acara tersebut. Masyarakat setempat nampak antusias menyambut orang nomor satu di Gumi Patuh Karya itu. Diiringi kesenian gamelan pusaka purbaya warga setempat.
Peristiwa unik itu, terjadi di Desa Songak, Kecamatan Sakra, Lombok Timur.
"Ini ritual Bejango Bliq, yang sudah sebelas kali diadakan," kata tokoh Budayawan Songak yang juga dipercaya sebagai Dewan Pembina Lembaga Adat Dharma Djagat Songak, Murdiyah, kepada opsintb.com, Senin (10/10/2022).
Dikatakan, tradisi itu lahir dari ritus bejango yang masih hidup bersampingan dengan masyarakt setempat.
Dalam pelaksanaannya, jelasnya, ritual itu digelar pada hari Senin dan Kamis. Berawal dari Masigit Bengan (masjid tua) menuju ke makam keramat di desa tersebut.
Dengan membawa sesangan, berupa yang buah pinang belah empat, lima biji rokok dalam satu ikat, air linsar, empok-empok, daun sirih, beras kuning, kelapa yang diiris dicampur gula merah,dan gambir.
Ada juga, Sanganan yang berupa buah-buahan dan makanan lainnya. Diisi dalam dulang. Serta air kembang setaman.
"Ini syarat yabg harus dibawa, dan masyarakat Songak hal mengenal Sanganan bukan sesajen," terang pria yang karib disapa Guru Mur itu.
Dikatakan, ritus ini bermakna agar manusia dalam hidupnya senantiasa berbuat kebaikan, sebelum ia meninggalkan dunia. Itulah, menurutnya, mengapa ritual ini di mulai dari masjid menuju ke makam desa setempat.
Sebab, kata dia, siapa saja yang akan mengalami kematian bagi umat muslim, khususnya di Songak, maka setelah kewajiban dimandikan di kediamannya akan dibawa ke masjid untuk disolatkan, setelah itu baru dimakamkan.
Ritus tersebut juga disebutnya sebagai manifestasi dari silaturahmi rohaniah kepada leluhur. Sebab, masyhur cerita leluhur desa itu sebelum moksa berpesan agar, mengunjunginya.
Terlebih bagi mereka yang mengalami kesulitan berupa penyakit yang tak bisa disembuhkan atau kesulitan lainnya.
"Pesannya datangi masjid dan berzikir di situ, dan setelah itu datang kesini untuk melakukan hal serupa," ucapnya
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Adat, Rofil Khairuddin menerangkan, pelaksanaan ritual itu bakal terus digelar.
"Kita akan terus gelar, dan kita wariskan kepada generasi selanjutnya," ucapnya.
Kepala Desa Songak, Pihiruddin, mengapresiasi segala kegiatan yang bentuknya positif. Terlebih, kegiatan-kegiatan kebudayaan.
"Apa pun jenis kegiatan yang positif kita dukung termasuk kegiatan-kegiatan kebudayaan," ujarnya.
Sementara itu, Bupati Lombok Timur, HM Sukiman Azmy mengatakan, kegiatan bejango ini selaras dengan nilai agama. Menurutnya bejango berarti silaturahmi.
Lantaran itu dirinya mengajak, agar masyarakat setempat mempertahankan tradisi yang menurutnya baik tersebut.
"Karena kalau bersilaturahmi itu banyak manfaatnya," ucap Sukiman. (kin)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami