Menyelesaikan Lombok Timur, selesai NTB - OPSINTB.com | News References -->

19/09/22

Menyelesaikan Lombok Timur, selesai NTB

Menyelesaikan Lombok Timur, selesai NTB

 
Sekda lotim kak ofik

OPSINTB.com - Menyelesaikan Lombok Timur, selesai NTB. Begitulah jargon yang tengah berdengung dikalangan pemerintahan di tanah Bumi Gora.

Pasalnya, padatnya penduduk Lotim bakal mempengaruhi posisi Nusa Tenggara Barat, diberbagai sektor. Termasuk salah satunya persoalan stunting.

"Kalau Lombok Timur di papan tengah maka angka provinsi akan cenderung naik," kata Sekda Lotim, HM Juaini Taofik, kepada awak media usai menghadiri Rembuk Stunting di Gedung Wanita, Selong, Senin (19/9/2022).

Namun sebaliknya, imbuh Sekda, jika Lotim di papan bawah maka provinsi juga kena dampak. Jadi tag line menyelesaikan Lombok Timur, selesai NTB, disebutnya bukan jargon tanpa makna.

Hal itu, kata pria yang karib disapa Ofik ini, dapat dilihat pada data kemiskinan dan stunting. Begitu di posisi 17,63 persen, angka rata-rata provinsi juga ikut bagus.

Ke depan lokus penanganan stunting pada tahun 2023 yakni 29 desa. Untuk mengejar angka 14 persen sesuai dengan standar nasional.

Lokus, terangnya, dipilih sesuai dengan potensi masalahnya. Paling terpenting ini bakal jadi arena.

"Arena birokrasi, civil society, badan usaha. Kalau mau menurunkan stunting mari kita antar ke 29 desa ini," ujarnya.

Kader posyandu, disebutnya menjadi pahlawan menurunnya kasus tersebut. 

Kendati diakui, tenaga tersebut merupakan kewenangan Pemdes. Namun demikian, tahun 2020 yang lalu memilki standar insentif, dibandingkan dengan sebelumnya hanya Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu. Sekarang minimal Rp 150 ribu.

Dari kacamata dia, kasus stunting bisa ditekan setelah memperhatikan kader posyandu. Pasalnya ia melihat ada semangat di tubuh organisasi tersebut.

Sebab, ia memahami salah satu kunci kolaborasi yakni saling menghargai. Kendati perannya kecil.

Ia mengistilahkan small thing but mean a lot, tugas ini kecil namun disebutnya sangat bermakna.

"Jadi kalau tugas-tugas kecil ini bisa dilaksanakan baru tugas ini bisa terwujud," ucapnya.

Teori stunting, paparnya, bisa menggunakan istilah sepak bola. Pemain tak bisa hanya bertahan di kotak pinalti, tapi dorong pertahanan itu ke garis tengah.

Meminjam istilah Morinho, ucapnya, siapa yang memenangkan lapangan tengah, maka ia akan memenangi pertandingan.

Maka dari itu, terangnya, Pemda mendorong persoalan tersebut ke lapangan tengah.

"Siapa lapangan tengahnya ialah ibu-ibu dan remaja," ujar Ofik. (kin)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama