Ngasuh Gunung, ritual selamat di punggung Rinjani - OPSINTB.com | News References

08/08/25

Ngasuh Gunung, ritual selamat di punggung Rinjani

Ngasuh Gunung, ritual selamat di punggung Rinjani

 
Gunung rinjani lombok adat lombok

Foto: Mangku Rinjani memeberikan sembek (pemberian tanda di kepala) kepada sejumlah tokoh adat yang hendak naik Rinjani.


OPSINTB.com - Kabut tipis di kaki Rinjani menyeruak. Menemani aktivitas masyarakat di wilayah itu.


Sepagi itu, masyarakat masih berselimut tebal. Sebagiannya membawa barang dagangannya ke pasar menggunakan sepeda moor, sebagian lagi terlihat sudah di sawah.


Pemandangan justru terasa beda saat sorot mata tertuju ke Rinjani. Gunung itu seolah tengah beristirahat melepas dahaga.


Bersantai sejenak setelah lama meladeni pendaki yang jeramahinya. Hanya ketenangan yang nampak mengitarinya.


Angin pun bertiup mesra. Membawa aroma kemenyan.


Di balik keindahannya, tuah Rinjani melegenda. Ceritanya bahkan sudah membatu dalam relung sanubari masyarakat.


Tak heran orang-orang tua dahulu siapa pun itu, jika ingin menaiki punggungnya melewati berbagai ritual. Ritus ini yang menghantar mereka untuk bisa naik dengan selamat. Saat mereka turun pun, dipercaya bakal mendapatkan berkahnya.


Aturan adat itu berlaku bagi siapa pun yang ingin naik, harus mengenakan kain putih polos. Serupa berihram di tanah suci. 


Di gunung yang dirapalkan hanya doa. Setiap langkah memuncaknya diiringi dengan puji-pujian mantra.


Rinjani bersama kesakralannya, mendapat uji. Lakon masyarakatnya sudah berubah.


Kini, di punggung Rinjani tak ada lagi rapalan mantra. Kain putih pun ditelan masa.


Di kaki gunung sebelah utara, aroma buhur kembali tercium. Bersama dengan partikel angin yang membawanya. 


Ternyata, warga Sajang, Kecamatan Sembalun sedang memulai ritualnya di bale Lokaq. Ngasuh Gunung namanya.


Bagi mereka yang hidup di lingkar Rinjani, mempercayai ritus ini sebagai media tolak bala. Agar, tak ada lagi bahaya yang menimpa.


"Ritual Ngasuh Gunung ini merupakan bentuk spritual masyarakat meminta kepada tuhan, memohon keselamatan. Khusunya orang-orang yang akan naik ke Gunung Rinjani," ucap Kiyai Adat Desa Sajang, Edi Susanto, Senin (4/8/2025).


Tentu hal ini dilakukan dengan tata cara dan akhlak yang baik, serta mencintai alam.


Karena di gunung itu, ada mahluk tak kasat mata, itu wajib ada. Semua orang harus percaya bahwa mereka itu ada.


Para orang tua terdahulu, ketika hendak naik ke gunung betul-betul dilakukan dengan cara yang baik, beretika, menghormati gunung dan sangat cinta terhadap alam.


Menurutnya cara-cara yang diwariskan orang tua terdahulu saat mendaki, betul-betul dilakukan dengan penuh sopan santun dan tata krama. Sebab Gunung Rinjani bukan hanya sekedar gunung, namun dinilai sebagai tempat suci.


Bahkan, Maulana Syekh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, pahlawan nasional mengatakan Gunung Rinjani itu tempat para wali.


"Orang terdahulu ketika hendak naik ke Rinjani, akan menemui sejumlah orang seperti mangku Gunung, mangku ada adat dan tokoh lainnya," tuturnya.


Mereka datang dengan pakaian yang rapi, bahasa yang sopan untuk minta petunjuk dan

saran saat hendak menaikinya. Menaik gunung harus didasari oleh niat baik, akhlak yang baik pula.


Sehingga tak pernah terdengar pada zaman dulu kejadian-kejadian pendaki yang terjatuh seperti saat ini. Semua yang pergi ke gunung kembali dengan selamat.


Itulah bentuk kesederhanaan 

orang-orang tua dulu jika ingin pergi ke gunung. 


Dia pun meminta kepada masyarakat, siapa saja yang akan naik ke Rinjani untuk tidak menghilangkan adat istiadat di masyarakat, peninggalan orang tua terdahulu.


"Makanya jangan sampai hal-hal yang sekecil ini kita hilangkan begitu saja. Bahkan orang tua kita dulu sebelum ke gunung mereka di Sembek dulu," katanya.


Dia menuturkan, ritual Ngasuh Gunung dilakukan oleh mangku gunung. Penyelesaian prosesi adat dilakukan oleh Kiyai Adat serta para orang tua di Desa Sajang.


Setelah acara doa bersama di rumah adat, sejumlah tokoh adat yang akan naik ke Gunung Rinjani kemudian disembek (pemberian tanda di kepala) oleh mangku.  Sebelum perjalanan ke Pos dua.


Di gunung berbagai rangkaian adat dilakukan, termasuk doa dan makan bersama-sama. Prosesi adat bahkan dilakukan selama dua hari, sehingga masyarakat akan menginap di gunung untuk menyelesaikan semua prosesi ritus tersebut.


Menurutnya, adat dan agama tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Bahkan masyarakat mengenal Islam melalui adat.


Ritus ini diakuinya wajib dilakukan oleh masyarakat yang ada di lingkar Rinjani. Waktu pelaksanaan tidak ditentukan, tergantung dari masyarakat sendiri. 


"Bisanya dilakukan 1 kali dalam dua tahun, bahkan 1 kali dalam 3-5 tahun," tutupnya. (kin)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama