OPSINTB.com - Dua hari terakhir, jagad media sosial ramai membahas soal Dead Horse Theory atau Teori Kuda Mati.
Teori ini merupakan sebuah metafors satir yang menggambarkan orang, lembaga bahkan suatu bangsa yang tengah menghadapi problem yang begitu jelas tapi mereka bersikap seolah-olah masalah itu tidak ada atau tidak dipahami.
Alih-alih mengakui kenyataan, mereka justru mengabaikannya dan berusaha mencari pembenaran.
Dilansir dari mediaindonesia.com, teori ini ditulis oleh Amosh Mensah, seorang ahli di bidang ekonomi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam. Mensah yang meraih gelar doktor bidang ekonomi pertanian dari Georg August University Gottingen, Jerman, itu membahas relevansi the dead horse theory, alias teori kuda mati. Lengkapnya, artikel itu diberi judul The Dead Horse Theory: The Importance of Cutting Your Losses and Trying Something New.
Masih dari laman yang sama, itulah ajaran yang berasal dari kearifan suku Indian Dakota, yang diwariskan dari generasi ke generasi.
"Inti ajaran itu saat anda menyadari bahwa anda sedang menunggangi kuda mati, strategi terbaik ialah turun dari kuda itu,” kata Mensah dilansir dari Media Indonesia.
Namun, dalam kenyataan, banyak orang, organisasi, atau bangsa yang justru mengambil langkah-langkah lain yang tidak masuk akal.
Seperti membeli pelana baru untuk kuda mati tersebut, memberinya makan dengan harapan ia akan kembali hidup. Mengganti penunggangnya dengan orang lain, Memecat orang yang bertanggung jawab merawat kuda dan menggantinya dengan orang baru.
Selanjutnya, mengadakan pertemuan untuk membahas strategi meningkatkan kecepatan kuda, membentuk tim dan komite khusus untuk meneliti kuda mati tersebut dari berbagai aspek, mereka bekerja berbulan-bulan, menyusun laporan, dan akhirnya mengusulkan solusi, padahal sudah jelas sejak awal bahwa kudanya mati, setelah sekian lama, tim akhirnya mencapai kesimpulan yang sudah diketahui sejak awal kuda ini memang mati.
Namun, karena sudah banyak tenaga, waktu, dan sumber daya yang terbuang, mereka tetap enggan mengakui kenyataan. Untuk mencari pembenaran, mereka mulai membandingkan kuda mereka dengan kuda mati lainnya dan berargumen bahwa kuda ini tidak benar-benar mati, hanya kurang latihan dan perlu pelatihan khusus. Lalu, mereka mengajukan anggaran tambahan untuk melatih kuda mati tersebut. Pada akhirnya, mereka mengubah definisi kata mati agar dapat meyakinkan diri sendiri bahwa kuda itu masih hidup.
Teori ini mungkin sering dialami oleh semua orang. Berupa kondisi yang stagnan dalam hidup karena terus-terusan memaksa sesuatu yang sebenarnya tidak efektif lagi.
Pelajaran dari teori ini menggambarkan bagaimana banyak orang lebih memilih untuk hidup dalam penyangkalan, membuang waktu dan tenaga dalam usaha yang sia-sia, daripada menerima kenyataan dan segera mencari solusi yang tepat sejak awal.
Selain itu, ada juga istilah yang agak mirip dengan terori tersebut. Seperti dilansir dari wikipedia.org, yakni pidato seorang politkus dan orator Inggris, John Bright.
Dia mengungkapkan, flogging a dead horse atau mencabuk kuda mati. Adagium ini digunakan untuk menggambarkan usaha yang sia-sia. (kin)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami