OPSINTB.com - Masih terngiang suara Minggu malam, Tahun 2022. Saat warga tengah santai menikmati dinginnya suasana hujan.
Baru saja kopi di gelas berukuran sedang itu habis. Bersamaan dengan air, suara reruntuhan terdengar jembatan bendungan Ulem-Ulem jebol. Sontak warga sekitar berlari menuju lokasi. Memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Tak heran warga sekitar bendungan was-was. Sebab, lokasi itu merupakan salah satu destinasi wisata tempat beraktivitas masyarakat serta tamu yang datang.
Malam hari itu, kerusakan belum nampak jelas. Meski puluhan lampu sorot menyinari jembatan itu.
Baru setelah pagi, mata warga terbelakak melihat kondisi jembatan yang putus total. Jalan yang biasanya dilewati seketika sirna begitu saja.
Tiga tahun berlalu, tapi jembatan itu tak kunjung ada. Lokasi itu hanya ditumbuhi rerumputan liar.
Padahal jembatan ini begitu penting bagi warga. Tak hanya penghubung enam dusun di desa itu, tapi juga nyawa ekonomi bagi masyaratak desa.
Meksi pihak pemerintah membangun jembatan darurat, berjarak 100 meter dari jematan tersebut, namun tetap saja bagi warga setempat belum memenuhi standar untuk beraktivitas.
Kini mereka hanya bisa menghela nafas. Berharap jembatan Ulem-Ulem Desa Tetebatu, Kecamatan Sikur itu segera diperbaiki.
Kepala Desa Teta Batu, Sabli menuturkan, informasi terakhir yang didapatnya dari Kalak BPBD pada bulan Maret tahun 2024 lalu, proposal perbaikan jalan itu sudah di meja Kemenkue.
"’Kita tinggal tunggu realisasinya’, itu yang disampaikan kepada kami dan beberapa masyarakat pada hari itu," ucap Sabli, belum lama ini.
Dirinya berharap, pembangunan jembatan Ulem-Ulem itu bisa segera terealisasi.
Dia memaparkan, buntut dari putusnya jembatan itu ialah terganggunya ekonomi. Sebab, kata dia, jalan itu menghubungkan beberapa kantong ekonomi di tempat itu.
Semasih ada jembatan, bebernya, bisa mengakses pasar di situ, bahkan banyak komuintas pedagang dari luar datang berjualan.
Di lain sisi, lokasi jembatan itu menjadi destinasi wisata di Desa Tetebatu. Dengan tidak adanya jembatan dan bendungan di tempat itu, paparnya, perputaran ekonomi berkurang mungkin sampai 60 persen.
"Waktu itu peputaran ekonomi cukup tinggi, dan itu yang kami rasakan sangat kurang," terangnya.
Sebelumnya obyek wisata di lokasi itu dipenuhi oleh wisatawan lokal dan mancanegera. Saat ini hanya wisatawan mancanagara yang berkunjung, sedangkan wisatawan lokal sudah tidak ada.
Selain itu, akibat dari belum diperbaikinya jembatan itu, komunikasi maupun intraksi masyarakat tentang ekonomi terbatas.
Dikatakannya, manfaat jembatan itu tak hanya untuk warga setempat. Namun juga bagi masyarakat Tetebatu Selatan, Jeruk Manis, Joben, serta Pringga Jurang Uatara, cukup merasakan dampaknya.
Dulu sewaktu jembatan itu masih ada, jarak tempuh ke dusun hanya butuh waktu 7 hingga 8 menit. Tapi saat ini untuk sampai ke dusun memakan waktu 23 menit, karena harus keliling melewati Desa Tetebatu Selatan.
"Kalau kemarin kan Desa Tetebatu dengan antar dusun jaraknya hanya kurang sekilo, sekarang kita harus melewati 3 kilo meter lebih," pungkasnya. (kin)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami