OPSINTB.com - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) beserta puluhan warga kompak turun ke jalan. Mereka menggelar aksi lantaran bosan dengan aktivitas galian C di wilayah tempat tinggalnya. Sebab, aktivitas tambang membuat lingkungan tercemar.
Masa yang berasal dari Korleko, Korleko Selatan, dan Tirtanadi itu datangi Kantor DPRD Lombok Timur, Polres dan Pemerintah Daerah (Pemda) Lotim, guna menyampaikan aspirasi, Senin (30/9/2024).
Dari pantauan opsintb.com, aksi itu sempat memanas, lantara pejabat daerah tak satu pun yang menemuinya. Tak tanggung, masa mendobrak pintu lobi kantor Bupati Lombok Timur.
Saling dorong dengan aparat pun tak terhindarkan. Tak lama berselang Penjabat Bupati Lombok Timur, HM Juaini Taofik keluar menemui massa aksi.
Di hadapan massa aksi Pj Bupati Lotim mengaku merasakan apa yang dirasa oleh masyarakat Korleko. Terutama, kata dia, setelah kejadian yang menimpa masyarakat terhadap dampak galian c.
"Kami sudah menugaskan staf kami untuk mengecek tambang yang ada di Kali Rumpang ternyata apa yang dirasakan masyarakat benar, karena kesadaran penambang jauh dari harapan," ucapnya di hadapan massa aksi.
Diakui Ofik, masih bayak penambang yang mencuci pasirnya, tidak di kolam pencucian. Karena itu, imbuhnya, apa yang diharapkan masyarakat hari ini, akan dilaksanakan.
"Kebetulan besok hari Kamis dan Jumat akan ada rapat dengan KPK Republik Indonesia dan mengudang semua pihak yang berkaitan dengan pertambangan," katanya di tengah kerumunan massa aksi.
Dia menerangkan, tambang tidak semata-mata kewenangan daerah, tetapi dari provinsi dan pemerintah pusat.
"Besok di rapat dengan KPK RI, kami akan sampaikan aspirasi pelungguh sami (kita semua)," janjinya.
Sementara itu, salah seorang warga Korleko, Selfin Riawan mengatakan, massa aksi meminta agar alat berat dikeluarkan dari lokasi pertambangan. Jika ingin melakukan aktivitas tersebut, imbuhnya, agar diatur sesuai dengan Setandar Operasional Prosedur (SOP).
"Mereka membuat galian dia tau amdal dan mereka tau aturan tambang itu sendiri," sebutnya.
Tuntutan itu, sebutnya, sederhana agar mereka bisa berwudhu dikarenakan pori-pori tanah di desanya tertutup. Buntut dari itu, sebagian air sumur di wilayah itu mengering.
Dia menuturkan, sudah dua belas tahun mereka merasakan dampak dari galian itu. Hari ini, kata dia, merupakan puncak kemarahan masyarakat setempat.
"Sehingga ini puncak dari kemarahan masyarakat," ketusnya.
Jika Pj Bupati, Kapolres, dan Dewan tidak menempati janji, masyarakat setempat akan datang lagi untuk melakukan aksi. Dia mengatakan, warga setempat sudah sepakat.
"Karena kami sudah sepakat kekompakan kami adalah harga mati," dalihnya.
Dia kembali menyinggung soal tambang. Dirinya meminta, agar tambang yang ada di kali rumpang ditutup. Menurutnya, lokasi itu merupakan sumber air kehidupan warga setempat.
Namun semenjak ada aktivitas tambang di areal itu, air di desa tersebut sudah berubah, tidak jernih.
Tak hanya sumur, kata dia, lahan pertanian akibat limbah dari tambang itu, hampir semua terdampak oleh limbah itu.
"Lahan pertanian di Korleko seluruhnya terdampak dan tidak hanya itu, Korleko Selatan dan Desa Tirtanadi juga terdampak," tutupnya. (zaa)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami