Taufik Kurniawan, anak pelosok peraih beasiswa S3 di Eropa hingga ukir segudang prestasi - OPSINTB.com | News References -->

15/11/23

Taufik Kurniawan, anak pelosok peraih beasiswa S3 di Eropa hingga ukir segudang prestasi

Taufik Kurniawan, anak pelosok peraih beasiswa S3 di Eropa hingga ukir segudang prestasi

 
Taufik Kurniawan, anak pelosok peraih beasiswa S3 di Eropa hingga ukir segudang prestasi


OPSINTB.com - Pagi (15/11/2023), jam di gawai menunjukan pukul 07.00 Wita. Ibu jari mulai memeriksa satu persatu pesan masuk melalui aplikasi WhatsApp. Membaca satu persatu riwatyat kontak.


Saat asyik membaca pesan, teringat satu janji dengan pemuda yang memiliki prestasi di dunia pendidikan. Mencoba melayangkan pesan singkat untuk menanyakan prihal janji itu, siapa tahu ada agenda lain yang harus dihadiri.


Tak lama berselang, handphone pintar berdiring. Bertanda pesan masuk. Benar saja, pesan itu dari pemuda tersebut. Balsannya singkat, 'hari ini bisa'.


Jam sudah menunjukan pukul 08.00 Wita. Tandanya sudah haru bersiap-siap. Sembari mandi motor bebek yang biasa menemani keliling pun dipersiapkan.


Di tengah perjalanan sebelum sampai rumahnya, mencoba hubungi via telpon untuk mengetahui lokasi. Ia pun mengangkat, menuntun jalan memlalui perckapan di telpon.


Tepat saja, ia menunggu di depan gerbang rumahnya. Dengan pakian kesehariannya. Tanpa basa basi dirinya langsung mempersilahkan masuk, dan ngobrol ringan.


Pemuda itu ialah Taufik Kurniawan. Pria asal Dusun Mumbul, Desa Sikur, Kecamatan Sikur, Lombok Timur merupakan peraih beasiswa Stipendium Hungaricum, di Mate University Hungaria, Eropa Tengah.


"Saya ingin bisa membangun startup yang bergerak di bidang pendidikan," terang Taufik Kurniawan, kepada opsintb.com.


Pria kelahiran 14 Februari 1996 yang memiliki hobi traveling dan menulis ini, menuturkan, membangun startup merupakan salah satu dari sekian banyak cita-cita dalam mimpinya.


Di tengah kondisi ekonominya yang terbatas, mimpinya yang mendorongnya untuk terus berusaha. Salah satunya dengan mengikuti beasiswa.


Prestasi yang pernah diukir dan mimpinya menjadi modal paling berharga yang dimilikinya. Semisal, mendapatkan predikat cumlaude ketika lulus S1 dari Universitas Hamzanwadi Selong, jurusan Bahasa Inggris.


Saat melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, ia mendapatkan beasiswa ke luar negeri, melalui program Gubernur dan Wakil Gubernur NTB, di Vistula University, Polandia.


Taufik menceritakan, tahun 2015 hingga di atasnya disebutnya merupakan puncak berburu S2 dan S3 atau study lanjut khususnya di NTB. Sedangkan di Universitas Hamzanwadi, jumlah penerima beasiswa pada waktu itu tergolong masih sedikit. 


"Kurangnya akses informasi mengenai program beasiswa mungkin menjadi salah satu kendalanya," ujarnya.


Beberapa dosen dan senior, ucap pria kelahiran 1996 ini, yang telah dan akan menyelesaikan studi di kampus luar negeri melalaui beasiswa menjadi pemicu semangat baginya untuk menjadi salah satu alumni penerima beasiswa luar negeri.


Menjadi seorang bagian dari Prodi Bahasa Inggris, ucapnya, tentu merupakan modal besar baginya untuk merealisasikan mimpi menjadi peraih beasiswa S2 di luar negeri. terlebih dengan kemampuan berbahasa asing sebagai salah satu syarat mutlaknya.


Keyakinannya semakin besar, berkat bekal pengalaman serta prestasi akademik yang di raih selama studi S1. Dirinya percaya bahwa separuh amunisi sudah terpenuhi. 


Beberapa bulan menjelang kelulusan, sebagai bentuk persiapan, ia aktif mencari informasi beasiswa yang tersedia. 


"Sebagian besar itu menjadi aktifitas harian, bahkan saya habiskan di warnet hanya untuk menggali informasi baru setiap harinya," ucapnya.


Akhirnya perjuangan itu membuahkan hasil pada tahun 2018 lalu, bertepatan dengan wisuda starata satu yang ditempuhnya. Pemerintah NTB tengah menggalakan program memberikan kesempatan bagi muda mudi untuk bisa merasakan pengalaman belajar di luar negeri, melalui program Pasca Sarjana. 


Kesempatan tersebut disambutnya dengan baik, gembira, dan penuh semangat. Di samping itu dirinya merasa memiliki persiapan yang dirasa cukup matang, akhirnya dia pun mencoba.


Bak gayung bersambut, ia menjadi salah satu dari 28 pemuda pemudi NTB yang diberangkatkan ke Eropa untuk menempuh studi S2 di Vistula University, Polandia. 


"Senang rasanya saya bisa menjadi salah satu anak pelosok desa yang bisa mengukir jejak di langit Eropa,” tandasnya. 


Tak sampai di situ, menjelang semester kedua, dia kembali mendapat kesempatan untuk merasakan pengalaman belajar di belahan bumi Eropa lainnya yakni di Hungaria, melalui program Erasmus. Sebuah agenda pertukaran pelajar selama satu semester bagi mahasiswa internasional yang bernaung di bawah kampus-kampus Uni Eropa. 


Kesempatan baik itu pun disebutnya tak boleh dilewati. Sehingga, Selama enam bulan lamanya, ia menjadi exchange student, atau mahasiswa pertukaran pelajar di Budapest Metropolitan University, Hungaria. Dirinya juga  tercatat sebagai mahasiswa Indonesia pertama yang menginjakkan kaki di kampus tersebut.


“Dari sinilah kuriositas saya terhadap Hungaria tumbuh yang kemudian membawa saya pada jejak-jejak baru, yaitu menjadi mahasiswa doctoral di negara yang sama melalui beasiswa Stipendium Hungaricum,” jelasnya.


Dijelaskan Ofik, Stipendium Hungaricum merupakan program beasiswa penuh (fully funded, red) dari pemerintah Hungaria yang dikelola oleh Tempus Public Foundation.  Sebuah lembaga non profit yang didirikan oleh Pemerintah Hungaria dengan tugas mengelola program-program kerjasama internasional di bidang pendidikan. 


Indonesia sendiri sebutnya, untuk tahun ini, mendapatkan jatah kurang lebih 70 penerima beasiswa untuk jenjang S1, S2, dan S3. 


"Dan saya merupakan satu-satunya putra NTB yang diterima tahun ini untuk program S3 bersama dua penerima lainnya yang berasal dari Aceh dan Yogyakarta," pungkasnya.


Di tengah semangatnya, Ofik mengenang latar bekalang kedua orang tuanya yang dibesarkan dari ekonomi kelas menengah. Bapaknya merupakan seorang pensiunan PNS, sementara ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga. 


Kendati, terlahir dengan ekonomi yang berkecukupan, kedua orang tuanya selalu menekankan untuk menjalani hidup dengan sederhana.


Orang tuanya, kata dia, memang tidak selalu bijak, hanya lebih berpengalaman saja. Oleh sebab itu, mereka selalu mengajarinya tentang nilai hidup dari pengalaman meraka serta menekankan pentingnya belajar dan membangun usaha sedini mungkin agar kelak menjadi manusia yang lebih baik. 


"Kedua orang tua saya mendidik untuk bisa terbiasa mandiri serta menaruh usaha pada setiap keinginan yang ingin saya raih. Pun begitu dengan keinginan saya dalam mengejar mimpi meraih beasiswa, orang tua hanya mampu membekali doa," katanya.


Tujuan Ofik saat ini, sebagai seorang mahasiswa S3 yang berkonsentrasi pada pengembangan pariwisata desa dan pembangunan daerah, serta terlibat dalam upaya penelitian yang komprehensif. Dalam domain terkait merupakan tindakan penting yang dapat menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap suksesnya suatu pembangunan. 


Sebab dirinya percaya, sebuah pembangunan yang baik selalu bersandar pada temuan-temuan dan hasil penelitian yang telah dikaji terlebih dahulu.


Salaras dengan itu, saat ini ia tengah melakukan penelitian pada bidang pengembangan pariwisata dan pembangunan daerah. Secara spesifiknya mengkaji dampak, strategi, dan beberapa isu terkait lainnya. Hal itu disebutnya merupakan konsekuensi, taktik, dan berbagai aspek lain yang relevan, merupakan tujuan utamanya.


Selain itu, disertasi yang ia kembangkan juga kaitannya dengan strategi pengembangan desa wisata di beberapa daerah potensial di Pulau Lombok. 


Ke depan, kata dia, hasil dari riset panjang itu dapat dijadikan sebagai acuan oleh para pemangku kepentingan untuk pembangunan kawasan wisata yang berkelanjutan. Berbasis kemasyarakatan yang dapat mendongkrak kesejahteraan sosial serta menumbuhkan ekonomi lokal, regional, bahkan nasional.


"Saya berharap nantinya, upaya ini tidak berhenti hanya sebatas teori yang dipelajari saja tetapi, jauh daripada itu," harapnya.


Di kesempatan itu pula dirinya menyinggung prihal prestasi dan karya-karya pada tahun 2017 lalu. Dirinya menjadi salah satu delegasi kampus dalam program pertukaran pelajar internasional antara Univeristas Hamzanwadi, Universiti Teknologi Malaysia, dan Nanyang University Singapura.


Pada tahun 2018, menjadi delegasi Indonesia dan NTB dalam program Camp Epic, sebuah program beasiswa non degree yang diadakan oleh RELO Amerika, dengan fokus pelatihan mengajar bahasa Inggris singkat untuk para calon guru masa depan. Program ini meliputi 3 negara yakni Indonesia, Timur Leste, dan Amerika. 


"Pada tahun 2019, saya juga mendapatakan prestasi menjadi awardee beasiswa NTB ke Polandia. Pada tahun yang sama mendapati gelar serupa melalui program Erasmus ke Hungaria, sebuah program pertukaran pelajar selama satu semester bagi pelajar yang bernaung di bawah kampus-kampus Uni Eropa," terangnya.


Pada tahun itu juga, mendirikan NGO atau lembaga non formal, Arestha Course, yang terkonsentrasi pada pelatihan Bahasa Inggris, pariwisata, dan perhotelan.


"Pada tahun 2020, saya menerbitkan buku antologi konspirasi rasa, tahun 2021 menerbitkan buku antologi puisi Loka Asmara, tahun 2022 menerbitkan buku bimbingan belajar Bahasa Inggris, English in Daily Usedan tahun 2023, dan menjadi awardee Stipendium Hungaricum untuk program S3 di Hungaria," tutupnya. (zaa)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama