Momen Hultah NWDI, TGB cerita hukuman fisik yang didapati saat Muallimin - OPSINTB.com | News References -->

18/09/22

Momen Hultah NWDI, TGB cerita hukuman fisik yang didapati saat Muallimin

Momen Hultah NWDI, TGB cerita hukuman fisik yang didapati saat Muallimin

 
TGB cerita hukuman fisik yang didapati saat Mua'limin

Foto : TGB Zainul Majdi menyampaikan tausiah di momen Hultah NWDI ke-87 di Pancor. (Tangkapan layar/NWDI Media Center)

OPSINTB.com - Cerita prihal pendidikan HM Zainul Majdi, saat bersekolah di Mu'alimin sudah banyak yang tahu. Ia dikenal sebagai orang yang pandai, di berbagai mata pelajaran. 

Masyhur, sejarah pendidikan pria yang karib disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ini, menjadi inspirasi bagi santri di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Hamzanwadi Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (YPPH NWDI) ini. 

Tapi di balik kesuksesan pendidikannya, tak banyak yang tahu ternyata TGB pernah mendapatkan hukuman fisik seperti halnya, santri pada umumnya. Dirinya bahkan harus merasakan papan penggaris bersarang di tubuhnya.

Peristiwa itu ia ceritakan saat berpidato di puluhan ribu jemaah yang hadiri acara Hultah NWDI 87, di tanah kelahiran Pancor, Kecamatan Selong, Lombok Timur.

"Ini dulu, waktu saya belajar di Muallimin ada dua kali saya kena hukuman fisik dari guru saya," ucap TGB saat mencontohkan tentang ada perubahan atas kebiasaan, Ahad (18/9/2022).

Yang pertama, lanjutnya, dari Ustadz Abdul Gofur, asal Selong. Ia harus merasakan bagaimana sakitnya ketika rambutnya di bagian samping bawah diangkat. Ia mengaku ingin nangis tapi malu.

Sambil menyebut nama, sang guru tetap saja mengangkat rambutnya menanyakan tugas yang tak dikerjakannya. Saking sakitnya, dirinya harus bangun menginjakan kaki di korsi.

Hukuman itu didapatinya, lantaran dirinya lupa, lalo mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR) mata pelajaran Bahasa Inggris.

"Majdi, Majdi, Majdi, mana PR mu," tutur TGB.

Hukuman fisik yang kedua, berasal adri Almarhum Ustadz Saharuddin, guru Matematika asal Kelayu. Dirinya bersama teman-temannya, masih asyik main bola kendati sudah jam masuk kelas.

Tiba-tiba, tuturnya, sudah ada Ustadz Sahar di pintu, membawa penggaris panjang. Ia menceritakan, sang ustadz memanggil mereka dan satu persatu masuk dan kena pukul.

"Sayangnya saya memilih masuk terakhir, dan saya yang dipukul terkahir dan paling keras sampai patah penggaris itu," tuturnya di depan ribuan jemaah.

Dikatakan, ia dan teman-temannya menerima itu sebagai tanda sayang guru pada mereka. 

Setelah mendapat hukuman ia mengaku pelajaran itu, pelajaran Bahasa Inggris jadi gampang. Juga usai penggaris mendarat di punggungnya dirinya memahami teori Matematika.

Ia menegaskan, peristiwa semacam itu berlaku dulu, tidak dengan sekarang. Saat ini, jelasnya seiring dengan perkembangan kehidupan, pendidikan, dan perubahan nilai maka cara yang dulunya bisa dibenarkan sebagai salah satu metode mendidik. Sebab, kata dia, ada sesuatu tatanan nilai yang memungkinkan.  

Tapi saat ini, imbuhnya, sudah berubah. Saat ini sudah tak boleh lagi seperti itu.

"Jangan ada guru di pendidikan NWDI ini yang menyakiti anak didiknya secara fisik, tidak boleh," pesan TGB.

Prinsip pendidikan berupa yakin, ikhlas, Istiqomah, dan mahabah. Tapi cara-cara harus disesuaikan. 

Karena saat ini, ada aturan-aturan hukum dan kesepakatan Hak Asasi Manusia (HAM), yang juga di hormati. 

Mantan Gubernur NTB dua periode ini mengatakan, jika peristiwa serupa terjadi siswa bisa melakukan tuntutan. Guru yang bersangkutan bisa ditangkap dan dipidana.

"Itulah perubahan zaman tidak perlu protes, tidak perlu kita marah," tegasnya.

Tetapi, ujarnya, perlu diikuti perubahan yang  sebenarnya tidak esensial. Nilainya disebutnya tetap sama, seperti dulu guru datang dengan rasa cinta,  dan sampai saat ini pun masih berlaku. Namun tanpa hukuman berupa tindakan fisik apa pun.

Lantaran itu dirinya meminta, bagi para guru di lingkup YPPH NWDI untuk memahami hal tersebut. Ia mengatakan tidak boleh adalagi kekerasan fisik dalam bentuk apa pun.

Karena menurutnya, sesuatu yang cara, teknis yang cocok untuk zaman dulu belum tentu pada masa ini. 

"Untuk apa, semoga pendidikan kita tetap berjalan baik dan tidak timbul fitnah-fitnah kepada lembaga pendidikan kita," pesan TGB kepada guru di seluruh dibawah naungan YPPH NWDI. 

Di dalam kesempatan itu dirinya resmi melepas 19 guru pejuang untuk diberangkatkan ke Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, dan terkahir Nusa Tenggara Timur (NTT). (kin)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama