OPSINTB.com - Masyarakat Desa Pejanggik, Kecamatan Praya Tengah, Lombok Tengah akan menggelar Budaya Perang Timbung pada Jumat besok. Perang Timbung merupakan budaya masyarakat setempat untuk menolak bala. Konon, jika Budaya Perang Timbung tidak dilakukan atau ditinggalkan maka akan menimbulkan datangnya penyakit dan kekeringan di wilayah Desa Pejanggik.
Bagi sebagian orang, "perang" identik dengan menggunakan senjata berupa pedang, tombak, senjata api, hingga meriam. Namun, Perang Timbung di Desa Pejanggik menggunakan potongan jajanan khas yang terbuat dari beras ketan yang disebut Timbung.
"Ini merupakan budaya peninggalan nenek moyang. Jika tidak dilaksanakan atau ditinggalkan dalam 3-4 tahun; hujan akan jarang turun atau masyarakat akan ditimpa penyakit," kata tokoh masyarakat Desa Pejanggik, H Riasih, Kamis (18/8/2022).
Sebelum Perang Timbung dilakukan, masyarakat terlebih dahulu membuat Timbung sehari sebelumnya. Proses pembuatan Timbung sendiri biasanya dilakukan oleh perempuan desa setempat.
Proses pembuatan Timbung diawali dengan memasukkan beras ketan ke dalam potongan-potongan bambu yang sebelumnya sudah diisi gulungan daun pisang. Setelah itu, beras ketan yang sudah terisi kemudian diairi dengan santan kelapa murni. Kemudian dilakukan pembakaran selama berjam-jam.
Sedangkan laki-laki bertugas mencari pangkal pohon bambu atau dalam bahasa setempat disebut sangkal. Sangkal tersebut nantinya akan digunakan untuk melakukan proses pembakaran Timbung. Pemilihan sangkal sebagai bahan bakar karena sangkal lebih tahan dan tidak cepat habis terbakar.
Selain itu, laki-laki bertugas menyiapkan tempat pembakaran. Proses pembakaran biasanya dimulai menjelang magrib hingga Timbung-timbung tersebut matang menjelang dini hari.
"Pangkal pohon bambu atau sangkal tersebut dikumpulkan sejak sebulan sebelum Budaya Perang Timbung dilakukan. Jangan heran, karena proses pembakaran memakan waktu yang cukup lama atau berjam-jam. Hingga membutuhkan sangkal yang cukup banyak," beber H Riasih.
Proses Perang Timbung, jelasnya, dipusatkan di tiga tempat yakni di Makam Serewa, Lengkoq Toro, dan di situs Kerajaan Pejanggik atau Bale Beleq. Namun, masyarakat lebih sering melaksanakannya di Makam Serewa, karena konon di tempat itu merupakan tempat bersemedinya Raja Pejanggik hingga sang raja dinyatakan menghilang secara misterius di lokasi tersebut.
"Perang Timbung merupakan perang yang dilakukan oleh sekelompok muda-mudi atau masyarakat dengan saling lempar menggunakan jajanan khas yang terbuat dari beras ketan yang disebut Timbung," tuturnya. (wan)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami