Pecah dihantam pandemi, gerabah Penakak bangkit lagi - OPSINTB.com | News References -->

04/12/21

Pecah dihantam pandemi, gerabah Penakak bangkit lagi

Pecah dihantam pandemi, gerabah Penakak bangkit lagi

 
Pecah dihantam pandemi, gerabah Penakak bangkit lagi

Foto : Mulyadi, pengusaha gerabah di Dusun Penakak (kiri) sedang melayani pembeli (kanan) di galeri gerabah miliknya (Lombok Mulya Craf).

OPSINTB.com - Pandemi covid-19 telah melumpuhkan berbagai sektor ekonomi di seluruh dunia, terutama pariwisata dan bisnis. Dan itu dirasakan betul oleh para pelaku UMKM, seperti pengerajin dan pengusaha kesenian gerabah di Dusun Penakak, Desa Masbagik Timur, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur.

Dusun Penakak menjadi pusat kerajinan gerabah di Lombok Timur selama puluhan tahun. Namun hal itu tidak membuatnya kebal dari hantaman pandemi covid-19. Buktinya, virus mematikan itu menghantam ekonomi warga dusun yang dihuni oleh mayoritas pengrajin gerabah itu. Sejak awal pandemi, penghasilan mereka pecah (menurun drastis, red). Tidak ada lagi pesanan dan kunjungan dari dalam maupun luar negeri. Seperti biasanya. 

Sehingga, hal tersebut membuat ratusan pengrajin dan pengusaha gerabah di dusun setempat menjerit ketakutan. Ketakutan yang sungguh mendalam. Seperti yang dirasakan oleh salah seorang pengusaha gerabah di Dusun Penakak, yakni Mulyadi.

Dia menuturkan, sejak awal munculnya pandemi, tepatnya pada Maret 2019 lalu, usahanya mulai oleng. Dia ibaratkan seperti kapal bocor yang mengangkut ratusan orang dan akan tenggelam.

Dan apa yang ditakutkan Mulyadi benar terjadi. Sebulan setelah kemunculan pandemi, terutama saat diberlakukannya PPKM, omset galeri kesenian gerabah miliknya (Lombok Mulya Craf) terjun bebas. Hanya di kisaran Rp 5 juta per bulan. Itu berlangsung selama dua tahun. Berbeda jauh sebelum pandemi, dimana dalam sebulan dia bisa meraup omset hingga Rp 200 juta. 

Itu terjadi karena tidak ada lagi pengunjung yang menapaki kaki mereka di galeri yang sudah ia rintis sejak tahun 2010 itu. Handphone Mulyadi juga tak lagi berdering. Orderan dari dalam maupun luar negeri sepi tanpa kompromi. Biasanya, dia menerima orderan dari Abu Dhabi, Prancis, Belanda, Australi, China, Amerika, Bali, Bogor, dan Flores. 

"Kita sering terima orderan dari dalam dan luar negeri. Ada juga yang order gerabah sampai Rp 600 juta, dari Amerika. Tapi itu dulu sebelum pandemi," tutur Mulyadi saat dijumpai opsintb.com di galerinya, di Dusun Penakak, Jumat (3/12/2021).

Tidak hanya itu, pandemi juga merampas hak ratusan karyawan lepas atau pengrajin gerabah setempat yang biasa dia pekerjakan. Ya, tangan-tangan mereka tak lagi kotor oleh tanah liat. "Mau bilang apa lagi, tidak ada pesanan. Sementara stok gerabah kita masih numpuk di galeri," ungkapnya.

Tapi beruntung, kata dia, di selang waktu 2 tahun tersebut, Pemda Lombok Timur hadir sebagai pahlawan dengan kebijakannya. Dimana semua kantor, sekolah, hingga desa diwajibkan menggunakan bong untuk wadah cuci tangan. 

Atas kebijakan itu, Mulyadi dan pengusaha gerabah di Dusun Penakak menuai berkah. Orderan banyak diterima. Namun tidak lama, setelah itu kembali sepi seperti awal pandemi. 

Kendati demikian, Mulyadi tetap tabah menghadapi ujian terberat yang menimpa usahanya itu. Dia meyakini, akan ada titik terang di setiap ujian. Dan benar saja, seiring waktu masyarakat mulai beradaptasi dengan pandemi. Sadar menggunakan masker dan ikut program vaksinasi. Sehingga, pemda mampu menekan angka covid 19. Bahkan beberapa waktu terakhir ini tidak ada lagi warga yang terkonfirmasi positif, khususnya di Lombok Timur.

Info tambahan dari penulis, update data covid-19 di Kabupaten Lombok Timur per tanggal 4 Desember 2021, tidak ada kasus positif. Dengan rincian, 3.077 orang terkonfirmasi, 3.029 sembuh, 48 meninggal dunia dan tidak ada yang sedang jalani isolasi. 

Lanjut Mulyadi, ia mengapresiasi Pemda Lombok Timur dalam upaya perang melawan pandemi. Terlebih dengan digencarkannya program vaksinasi dengan sistim door to door, sehingga mampu membawa Lombok Timur menuju Herd Immunity pada 8 November 2021 lalu.

Video : Lombok Timur capai terget Herd Immunitay

Sejak itu, masih kata Mulyadi, galeri gerabah miliknya mulai bangkit. Dia mulai mendapat banyak orderan dari lesehan-lesehan dan cafe yang mulai beroperasi di Lombok Timur. Orderan gerabah berupa piring, gelas, hiasan lampu, dan hiasan dinding paling banyak diminati.

Tidak hanya di Lombok Timur, sekarang ia juga sudah mendapat orderan dari pihak hotel di Lombok Utara, bahkan Bali dan Jakarta. Mulyadi juga mendapat imbas dari pelaksanaan WSBK Mandalika beberapa waktu lalu. Dia mendapat pesanan souvenir untuk tamu VIP WSBK sebanyak 500 buah. Termasuk pengunjung dari luar daerah mulai berdatangan, meski jumlahnya tidak banyak seperti biasa.

"Tapi kalau pengunjung maupun pesanan dari luar negeri belum ada sampai sekarang," imbuhnya.

Atas berkah yang diterima, Mulyadi bisa kembali mempekerjakan puluhan pekerja lepas atau pengrajin gerabah setempat. Omsetnya juga mulai meningkat. "Dari dua bulan kemarin kita dapat omset sekitar Rp 20 juta per bulan. Pekerja lepas juga sudah mulai antusias," pungkasnya.

Kabar gembira juga diutarakan oleh Yatni, pemilik galeri Yatni Art Shop. Hert Immunity memberi dampak positif. Orderan mulai berdatangan, baik dari Pulau Lombok hingga Bali. 

"Sekarang hotel-hotel di Lombok dan Bali sudah mulai pesan," kata Yatni usai review gerabah khas Lombok yang paling banyak diminati pembeli, yakni Ceret Maling.

Video : Review Ceret Maling oleh Yatni, pengusaha gerabah di Dusun Penakak

Corona memang belum usai, namun Yatni berharap, galeri yang mulai dirintis sejak tahun 2000 itu terus hidup. Mendapat banyak orderan dan bisa kembali mempekerjakan 80 pengerajin gerabah di Desa Penakak.

"Maklum, mayoritas warga Penakak menggantungkan hidup dari usaha gerabah. Saya juga bisa bangun rumah, beli mobil, naik haji, umroh, dan biaya sekolah keluarga dari hasil gerabah," pungkasnya.

"Ujian terberat kami sebagai pengusaha gerabah adalah pandemi covid-19 ini. Hampir saja kami gulung tikar. Berbeda dengan kejadian bom Bali dan gempa Lombok lalu. Memang keduanya punya dampak besar terhadap omset kami. Tapi kami tidak terlalu susah untuk bangkit," lanjut Yatni.

Agar usaha gerabah di Dusun Penakak tetap eksis, Yatni dan Mulyadi punya harapan sama. Mereka menginginkan covid-19 ini cepat berlalu. Agar semuanya normal seperti sedia kala.

Tak hanya itu, Yatni dan Mulyadi juga menaruh harapan besar pada Pemda Lombok Timur agar kesenian gerabah Penakak terus disosialisasikan. Dan mengundang tamu-tamu luar untuk datang ke galeri mereka. Terutama ribuan tamu atau penonton yang akan menghadiri balap MotoGP Mandalika pada Maret 2022 mendatang.

Menanggapi hal itu, Sekda Lombok Timur, HM Juaini Taofik mengatakan, pemda terus mencari peluang untuk membuka jalan bagi para pelaku UMKM agar bisa sepenuhnya bangkit dari pandemi. "Seperti kemarin kami 4 hari di Bali, untuk menjajaki kerjasama antar daerah dalam rangka sama-sama menghidupkan UMKM masing-masing," kata sekda saat dihubungi opsintb.com via WhatsApp, Sabtu (4/12).

Selain itu, lanjutnya, untuk bisa bangkit dari pandemi dibutuhkan kreativitas, khususunya bagi pelaku UMKM seperi pengrajin gerabah. Misalnya, pengrajin harus lebih inovatif, memanfaatkan event-event dunia di Lombok. "Misalnya, pengrajin membuat gerabah, motifnya mengambil ornamen-ornamen MotoGP," kata sekda.

Ia juga memberi apresiasi kepada pelaku UMKM khususnya di Dusun Penakak, atas semangat mereka untuk bangkit dari pandemi.

"Saya ingin mengatakan, bahwa bangkit di saat sulit (pandemi) itu keren," tutup sekda yang akrab disapa Kak Ofik itu. (yan)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama