Budaya

22/07/25

KSBN Lombok Timur resmi terbentuk, siap kolaborasi merawat seni dan budaya daerah

 
Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN)

OPSINTB.com - Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) resmi hadir di Lombok Timur sebagai organisasi sosial-kultural yang berkomitmen untuk melestarikan, mengembangkan, dan memajukan seni budaya Nusantara secara berkelanjutan.


KSBN menjadi wadah kolaboratif yang menjembatani pelaku seni, budayawan, tokoh adat, lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga keberlangsungan kekayaan budaya bangsa.


Pengurus KSBN Lombok Timur periode 2025–2030 telah dikukuhkan bersama pengurus kabupaten/kota se-NTB pada awal Juli 2025 di Mataram. Pelantikan ini dihadiri oleh Gubernur NTB, Ketua KSBN Provinsi NTB TGH Hazmi Hamzar, serta Ketua Umum KSBN Pusat, Mayjen TNI (Purn) Hendardji Soepandji.


Ketua KSBN Lombok Timur, Jien Tirta Raharja atau yang akrab disapa Itok mengatakan, kehadiran KSBN sebagai langkah strategis untuk merawat identitas budaya dan membuka ruang kolaborasi lintas sektor.


“Seni dan budaya lahir dari banyak individu, maka menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaga keberlangsungannya. KSBN Lombok Timur siap bersinergi dengan semua elemen seniman, komunitas, lembaga pendidikan, tokoh adat, hingga pemerintah untuk merawat, melestarikan, mengembangkan, dan memajukan seni budaya di daerah ini,” ujar Itok, musisi asal Sakra yang juga dikenal sebagai vokalis band The Datu, Selasa (22/7/2025).


Di bawah kepemimpinannya, KSBN Lombok Timur menargetkan berbagai program strategis, seperti pembinaan komunitas seni tradisi, pendokumentasian warisan budaya tak benda, penyelenggaraan festival daerah, serta edukasi kebudayaan di sekolah-sekolah. 


Seluruh program akan dirancang dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan menjunjung tinggi nilai-nilai lokal yang hidup di tengah komunitas.


KSBN Lombok Timur diharapkan menjadi simpul penting dalam memperkuat ekosistem kebudayaan daerah, sejalan dengan visi nasional untuk membangun karakter bangsa melalui seni dan budaya. (red)

20/07/25

Tarian Ou Balumba pecahkan rekor dunia, Dompu semakin bersinar

 
Festival lakey 2025
Foto: Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal bersama masyarakat Dompu nari Ou Balumba.

OPSINTB.com - Gubernur NTB H Lalu Muhamad Iqbal bersama istri Sinta M Iqbal, turut ambil bagian dalam tarian kolosal Ou Balumba yang digelar sebagai bagian dari rangkaian Festival Lakey 2025. Kegiatan ini berlangsung meriah di Pantai Lakey, Desa Hu’u, Kecamatan Hu’u, Dompu, pada Sabtu (19/7), dan berhasil mencatatkan prestasi membanggakan berupa rekor dunia dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).


Tarian Ou Balumba yang ditampilkan tahun ini melibatkan sebanyak 21.220 penari dari seluruh penjuru Kabupaten Dompu. Jumlah tersebut menjadikannya sebagai penampilan tarian dengan jumlah peserta terbanyak, dan secara resmi tercatat dalam Rekor MURI.


Penghargaan dan medali MURI diserahkan langsung kepada pemrakarsa dan pelaksana kegiatan, yakni Bupati Bambang Firdaus dan Wakil Bupati Dompu Syirajuddin, sebagai bentuk apresiasi atas penyelenggaraan kegiatan budaya yang masif dan sarat makna.


Tari Ou Balumba atau Tari Memanggil Gelombang merupakan warisan budaya masyarakat pesisir Dompu yang menggambarkan kesempurnaan hidup yang diberkahi oleh datangnya gelombang laut. Gelombang itu diyakini membawa cahaya kehidupan dan rezeki, serta menjadi simbol keharmonisan antara manusia dan alam. Awalnya merupakan bagian dari ritual tradisional, tarian ini kini telah berkembang menjadi bentuk pertunjukan seni yang inklusif dan sarat nilai spiritual.


Kemeriahan Festival Lakey 2025 pun berlanjut hingga malam puncak yang digelar di kawasan pantai yang sama. Dalam sambutannya, Gubernur NTB mengapresiasi seluruh pihak yang telah menyukseskan acara ini. Ia menilai penyelenggaraan Festival Lakey tahun ini sudah baik, namun harus menjadi pemacu semangat untuk membuatnya lebih baik di masa depan.


“Tadi saya sudah diskusi dengan Bapak Bupati Dompu, intinya penyelenggaraan Festival Lakey tahun ini sudah baik, tapi tahun depan kita akan buat lebih baik,” ujarnya.


Gubernur juga menyampaikan bahwa kehadirannya kali ini menjadi kunjungan ketiganya ke Pantai Lakey. Namun, ini adalah kehadiran perdananya dalam Festival Lakey sebagai gubernur NTB.


“Dulu waktu kampanye saya datang dua kali di Pantai Lakey ini, sedangkan yang sekarang merupakan yang pertama setelah saya menjadi gubernur,” tuturnya.


Dalam kesempatan tersebut, Gubernur juga menyampaikan rasa bangga atas keberhasilan Pemerintah Kabupaten Dompu menyelenggarakan festival yang tidak hanya membanggakan masyarakat lokal, tetapi juga berhasil meraih pengakuan di tingkat nasional.


“Selamat kepada Bapak Bupati dan Wakil Bupati atas penyelenggaraan Festival Lakey, selamat juga atas penghargaan rekor MURI dari Festival Lakey 2025 ini,” tutupnya.


Menutup sambutannya, Gubernur mengajak seluruh masyarakat Dompu untuk terus menjaga semangat kolaborasi, gotong royong, dan kecintaan terhadap budaya serta daerahnya.


“Mari kita terus bersama-sama, bahu membahu membangun Kabupaten Dompu yang lebih maju dan menjadikan NTB semakin makmur dan mendunia,” ajaknya.


Turut hadir dalam acara tersebut Utusan Khusus Presiden RI Bidang Pariwisata, Zita Anjani, sejumlah kepala perangkat daerah lingkup Pemerintah Provinsi NTB, serta jajaran Forkopimda Kabupaten Dompu. (red)

19/07/25

Event Bejango Desa Anjani simbol nyata komitmen pembangunan

 
Event Bejango Desa Anjani simbol nyata komitmen pembangunan

OPSINTB.com - Udara pedesaan sudah mulai sejuk. Matahari yang menyengat sudah mulai berkurang. Kehangatan bumi nampak selaras dengan semangat warga. 


Dari kanak-kanak, remaja, hingga mereka yang dewasa padati lokasi. Mereka seperti tak ingin ketinggalan momentum bersejarah di desanya. Yang nampak hanya kebahagiaan. 


Usai shalat asar, masyarakat semakin bejibun memadati lokasi kegiatan. Magnet bukan hanya karena kegiatan itu. Tapi lantaran kehadiran orang nomor satu di NTB, H Lalu Muhamad Iqbal pada acara pertama bertajuk Event Bejango Desa yang digelar di Desa Anjani, Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, Jumat (18/72025).


Kedatangan Gubernur NTB dan rombongan disambut hangat oleh ratusan warga. Mereka tak hanya datang sebagai penonton, tetapi sebagai tuan rumah yang menghadirkan kekayaan tradisi.


Tak hanya hadir sebagai simbol, Gubernur Iqbal turun menyapa para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) setempat sebelum acara dimulai.


“Ini bukan sekadar festival budaya. Ini adalah fondasi kuat pembentukan karakter desa wisata,” kata Miq Iqbal.


Event Bejango Desa Anjani, imbuhnya, bukan hanya perayaan tapi merupakan simbol nyata kolaborasi, harapan, dan komitmen untuk membangun NTB dari desa. Semuanya demi masa depan yang lebih sejahtera.


Mantan Dubes itu menegaskan, semangat pembangunan harus dimulai dari desa. Hal ini selaras dengan visi pemerintahan Presiden Prabowo yang mengusung pendekatan dari bawah.


Tantangan yang masih dihadapi NTB, yakni keberadaan 106 desa yang masih berada di garis kemiskinan. Meski begitu, Gubernur optimistis hal tersebut bisa diselesaikan.


"Dengan program terarah, kondisi tersebut bisa dituntaskan dalam empat tahun ke depan," ucapnya.


Muhammad Said, Kepala Desa Anjani menuturkan, kegiatan itu bukanlah sekadar festival biasa. Melainkan perayaan syarat makna.


Kegiatan ini adalah jembatan silaturahmi langsung antara masyarakat dan pemimpinnya, ruang pertemuan antara harapan dan komitmen dalam membangun desa sebagai poros utama pembangunan. 


"Ini bukan sekadar seremoni, ini adalah panggung kebersamaan," ucapnya.


Bejango atau bersilaturahmi cara masyarakat bertemu langsung dengan pemimpin mereka. Tradisi lokal ini kini bertransformasi menjadi forum dialog sosial yang membawa suasana akrab antara rakyat dan pejabat pemerintahan.


Terlebih lagi, Miq Iqbal kata dia, langsung menyapa para pelaku UMKM yang tengah memasarkan barang dagangannya. Interaksi sederhana itu memilik makna lebih.


Menyuntikkan semangat baru bagi pengusaha kecil, sekaligus menegaskan, pembangunan bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga tentang pemberdayaan.


“Dengan acara ini, masyarakat tidak hanya menyambut, tetapi bisa menyampaikan harapan secara langsung. Tadi saja Gubernur menyapa dan berdialog dengan pelaku UMKM,” terang Said.


Sekretaris Daerah Lombok Timur, H Muhammad Juaini Taofik memaparkan, di Lotim ada 101 desa wisata yang kini terdata. Lonjakan kunjungan wisatawan di bulan Juli hingga September menjadi indikator positif keberhasilan konsep ekowisata.


“Mudah-mudahan kehadiran Gubernur dan jajaran ini bisa menjadi sarana promosi bagi wisata Desa Anjani,” harapnya.


Kepala Bidang Pemasaran Dispar NTB, Mulki mengatakan, geliat event desa bukan semata untuk promosi wisata. Yang lebih utama adalah menciptakan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat.


"Event seperti ini kami dorong agar desa mandiri. Mereka harus bisa menggerakkan potensi sendiri-mulai dari pemuda, UMKM, sampai semangat gotong royongnya. Itu lebih penting dari sekadar dana," tegas Mulki.


Menurut Mulki, tren pelaksanaan event di desa terus meningkat. Dari 58 event yang masuk dalam Calendar of Event (CoE) 2025, kini mulai bermunculan festival baru yang digagas mandiri oleh desa.


Dispar NTB, kata dia, akan terus mengangkat event-event desa yang sejalan dengan program unggulan Gubernur NTB, yakni Desa Berdaya.


"Kita cuma kasih pemantik. Sisanya semangat gotong royong dari masyarakat yang harus hidup. Bukan soal besar kecilnya anggaran, tapi nilai kebersamaan dan kemandirian itu yang jadi kekuatan," tutup Mulki. 


Sebagai penutup kegiatan tersebut, Kepala Desa Anjani bersama istri mengenakan pakaian adat pengantin. Mereka menyerahkan seserahan berisi hasil panen masyarakat kepada Gubernur NTB dalam dulang adat, sebagai simbol kepercayaan, harapan, dan keberkahan. (zaa)

15/07/25

Susana berubah panik saat sampan terbalik saat ritus Nyelamak Dilauq digelar

 
Nyelamak dilauq lombok

OPSINTB.com - Suasana sakral tradisi adat Nyelamak Dilauq tiba-tiba berubah menjadi rasa panik. Lantaran perahu yang ditumpangi warga terbalik.


Peristiwa terjadi di perairan Telong Elong, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur pada hari Senin (14/7/2025).


Beruntung, kesigapan anggota Satuan Polisi Perairan dan Udara (Sat Polairud) Polres Lombok Timur berhasil menyelamatkan seluruh penumpang dalam keadaan selamat. 


Peristiwa ini terjadi saat personel Sat Polairud Pos Telong Elong tengah melaksanakan pengamanan jalannya ritus tersebut. 


Kasi Humas Polres Lombok Timur AKP Nikolas Osman menjelaskan, kejadian berlangsung saat para peserta mengikuti rakit adat menuju lokasi Nibak Tikolok, yakni prosesi membuang kepala kerbau ke laut sebagai bagian dari ritual.


“Tiba-tiba dari arah timur, sebuah sampan milik warga terbalik akibat antusiasme peserta yang saling menyiram air laut, bagian dari tradisi tersebut,” ucap AKP Nikolas.


Tanpa menunggu lama, anggota Sat Polairud yang berada di lokasi langsung melakukan evakuasi cepat. 


"Seluruh korban berhasil dibawa ke daratan dengan kondisi selamat dan sehat," ucapnya. (zaa)

01/04/25

Tiyu, tradisi berkuda warga Jantuk meriahkan Idul Fitri

 
Tradisi tiyu

OPSINTB.com - Warga Desa Jantuk, Kecamatan Sukamulia, kembali gelar Tiyu. Tradisi satu ini merupakan gelaran tahunan setiap lebaran. 


Rasulullah SAW bersabda dalam Hadist Riwayat At Thabrani, “Ajari lah anak-anak kalian memanah, berenang, dan berkuda.”


Hadist inilah yang menjadi dasar digelarnya tradisi Tiyu di Desa Jantuk, saat lebaran tiba. Tepatnya dilaksanakan selama dua hari setelah Idul Fitri yaitu tanggal 1-2 Syawal. 


Tiyu, dalam bahasa Desa Jantuk berarti pawai menggunakan kuda. Tradisi satu digelar bemaksud untuk memeriahkan datangnya bulan syawal dan menyambut kemenangan. 


“Pawai kuda ini selalu kami laksanakan sejak dulu oleh para pendahulu kami di Desa Jantuk, rutin setiap tahunnya sampai sekarang," terang Azizul Hakim, Sekretaris Desa Jantuk, Senin (01/4/2025).


Dia menjelaskan, tradisi ini mulai dari sore kemarin, selesai shalat hari raya Idul Fitri. Kemudian dilanjutkan paginya, tujuannya itu untuk memeriahkan lebaran.


Dia menjelaskan, asal muasal tradisi Tiyu sendiri banyak persepsi. Sebab, kata dia, tidak adanya bukti maupun catatan sejarah yang menjelaskan hal tersebut.


Namun beberapa pendapat orang tua yang berkembang di desa setempat, sebutnya, Tiyu ini berkaitan langsung dengan kerajaan Sumbawa. Tepatnya saat terjadi peperangan melawan kerajaan Karang Asem Bali.


Tradisi ini dilakukan menyambut kemenangan suku Sasak diserang oleh kerajaan Karang Asem dari Bali, berkat bantuan oleh kerajaan Sumbawa.


"Sehingga saat itulah muncul tradisi ini dan dilakukan rutin ketika lebaran Idul Fitri,” tuturnya. (zaa)

23/03/25

Tradisi Maleman pengingat turunnya Al Quran pada bulan Ramadhan

 
Tradisi Maleman pengingat turunnya Al Quran pada bulan Ramadhan

OPSINTB.com - Petemalian agama dan budaya selalu seja melahirkan nilai luhur. Menjadikannya pelaksanaan yang syarat nilai. Salah satunya ialah tradisi Maleman. Yang dilaksanakan di malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir.


Pelaksanaan tradisi Maleman di Gumi Lombok, terbilang merata di semua desa, tak terkecuali di Desa Songak.


Kepala Bidang Pencatatan Nilai Budaya dan Pemeliharaan Peninggalan Cagar Budaya di Lembaga Adat Darmajagat , Saepul Hakkul Yakin mengatakan, tradisi Maleman, lahir sebagai pengingat turunnya Al Quran pada bulan Ramadhan. Malam-malam ganjil, diyakini waktu turunnya Lailatul Qadar.


"Tradisi Maleman merupakan perpaduan antara nilai adat dan nilai agama Islam," kata pria yang karib disapa Epol ini, Sabtu malam (22/03/2025).


Kendati demikian, kata dia, pelaksanaan tradisi ini dengan berbeda-beda. Ada yang pelaksanaannya hanya satu malam ganjil, didapati juga digelar setiap malam ganjil tiba.


Di Songak sendiri terangnya, dilaksanakan setiap malam ganjil tiba yakni malam 21, 23, 25, 27, dan 29.


Pelaksanaan tradisi ini pun berdasarkan hadist Rasulullah yang mengatakan, Al Quran diturunkan di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.


Menurut penuturan orang tua setempat, Quran turun sebagai cahaya penerang saat manusia dalam keadaan dzulumat atau hidup dalam kegelapan.


Dalam surat Al Baqaroh ayat 185, kata dia, tertulis jelas Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia. Di ayat lain mengatakan, Al Quran adalah cahaya seperti di surah Al Maidah, An Nisa, At Thagabun, dan Al A'raf.


"Itu dasarnya diperingati dengan menyalakan lampu," ucapnya.


Cahaya itulah yang kemudian terwujud kedalam tradisi tersebut. Yakni berupa penerang saat hari baru mulai gelap.


Pelaksanaan tradisi satu ini, dilakukan setelah berbuka puasa. Di tiap-tiap rumah pada saat pelaksanaan tradisi ini mematikan lampunya, lalu diganti dengan Dila Maleman yang ditaruh di tiap rumah hingga pekarangan.


"Mereka boleh menyalakan lampu setelah Dila Maleman ini mati dengan sendiri," ucapnya.


Dila maleman atau di desa lain disebut dengan dila jojor ini terbuat dari kapas yang dicampur dengan buah Jarak. Itu mengapa, lampu ini memiliki bau yang khas. 


Pelaksanaan tradisi ini tentu ada pergeseran. Menurut tetua di Songak, dulunya pelaksanaan tradisi ini ditandai dengan pemukulan beduk di masjid.


Sembari kiyai berdoa, masyarakat pun mulai menyalakan lampu tradisional tersebut dan ditaruh di sudut rumah dan pekarangan.


Sembari masyarakat, yang mendengarkan doa berucap, Amiin. 


Pergeserannya ialah saat ini, masyarakat tak perlu lagi menunggu beduk. Tapi, penandanya adalah doa yang dibacakan melalui masjid.


"Bahkan ada juga sebagian masyarakat pergi ke kuburan keluarganya untuk menyalakan lampu ini," terangnya.


Hingga kini, kata dia, masyarakat masih menggelar kegiatan ini. Warga juga membawa dulang ke masjid sebagai bekal buka puasa.


Sebagai generasi muda, kata dia, ia berharap tradisi-tradisi semacam ini terus dilestarikan. Tak hanya sebagai pengingat cahaya Quran, namun sebagai identitas masyarakat.


"Saya berharap, ini bisa terus berjalan, sebagai pengingat kita bahwa Quran turun sebagai cahaya penerang bagi umat manusia," pungkasnya. (zaa)

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama