Nindiq ayah betok ngoncer - OPSINTB.com | News References -->

02/02/25

Nindiq ayah betok ngoncer

Nindiq ayah betok ngoncer

 
Foto: Ilustrasi orang bodoh yang sok pintar. (freepik)

OPSINTB.com - Sudah baca buku atau artikel tentang matinya kepakaran, karangan Tom Nichols?.


Ya jurnalis senior itu menggambarkan fenomena dunia kekinian, soal banyaknya bermunculan orang yang berkomentar di luar keahliannya.


Terlebih, di era digital saat ini. Tiba-tiba saja teman di laman media sosialnya berkomentar tentang sesuatu yang di luar kemampuannya


Oleh Tom Nichols, mengibaratkan penonton sepak bola yang tengah menonton, mendadak menjadi pakar. Mereka lebih faham ketimbang pelatih yang menukangi sebuah tim.


"Sekarang, kalau di stadion ada 50 ribu penonton sepakbola, maka sebanyak 50 ribu itu pakar sepakbola. Semua bisa bikin opini dan menyebarluaskannya," tulis Tom Nichols dalam bukunya.


Komentar atau berpendapat tak dilarang. Bahkan telah dilindungi undang-undang. Namun, jika pendapat itu dilakukan di luar keahlian, bisa jadi hanya akan menimbulkan persepsi pembohong, tanpa dasar yang jelas.


Mengenai hal itu, nenek moyang telah memperingati agar tak melakukan hal semacam itu. Melalui semacam sesenggak Sasak (pribahasa dari Suku Sasak).


Salah satu sesenggak Sasak yang masih terdengar hingga saat ini ialah Nindiq Ayah Betok Ngoncer (jangan ajarkan ikan berenang, red).


Pribahasa Sasak ini masih terdengar semisal di Desa Songak, Kecamatan Sakra.


Ternyata, mendadak menjadi pakar sudah disindir oleh orang tua suku Sasak ratusan tahun yang lalu.


Untuk mengingatkan agar tak bicara di luar pemahaman. Terlebih lagi mengajarkan kepada seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, apalagi orang itu lebih tua. 


Pengibaratan ikan betok dikarenakan, hewan satu ini memiliki sisik yang keras dan berkepala besar. Selain itu, morfologi satu ini dikenal mahir berenang di lumpur. 


Ini barmakna, jangan sampai saat mengluarkan pendapat hanya berdasarkan keinginan atau ketertarikan kepada seseorang yang ditokohkan. Dan jangan sampai cepat besar kepala jika dikritik dan disanjung.


Hewan ini, juga terkenal memiliki otak yang begitu keras. Yang maknanya banyak orang yang keras kepala. Tak ingin mendengarkan pedapat orang bahkan cenderung menyalahkan pendapat orang lain. Dan merasa diri paling pintar


Di sisi lain, hewan ini salah satu yang begitu pintar mengelabui. Sampai-sampai masuk ke dalam lumpur, hanya sekedar mengelabui ketika sudah terancam. Maknanya tidak berani berani melawan lawan. Pesan singkatnya, menjaga lisan agar terjaga dari kehancuran.


Zaman digital ini sepertinya cocok untuk gambaran itu. Karena banyak orang yang seenaknya menilai orang. Bahkan seperti mengajar mereka sebenarnya tidak tahu kebenaran hal itu.


Jadi jangan sampai sperti sesenggak itu. Mengajarkan seorang tentang keahliannya.


Semoga Allah SWT, melindungi lisan dan fikiran. Terkahir ada sebuah anekdot untuk mengingatkan agar tetap berhati-hati dalam berucap.


"Jika pedang melukai badan, ada harapan untuk hidup. Tapi jika lisan melukai hati, kemana obat ingin diacri". (kin)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama