Nasib petani cabai, mahal dicuri, saat hujan jamuran - OPSINTB.com | News References -->

23/01/25

Nasib petani cabai, mahal dicuri, saat hujan jamuran

Nasib petani cabai, mahal dicuri, saat hujan jamuran

 
Petani cabai

OPSINTB.com - Di samping hutan Kota Selong, ditemani segelas kopi Vietnam Drip. Di atas meja kecil, sebuah buku tergeletak di anatara gelas dan gawai pintar.


Di lokasi itu, beberapa buruh tinta tengah berbincang. Salah seorang darinya membaca buku bersampul merah di atas meja mungil itu.


Di tengah perbincangan, salah seorang wartawan bertanya kepada anggota Champion Cabai. Mendapatkan informasi mengenai adanya pencurian cabai di salah satu sawah, yang lokasinya tak jauh dari Kota Selong.


Sedianya waktu itu para buruh tinta ini menunggu rombongan pendemo dari wilayah Sikur, yang hendak memasukan laporan soal dugaan penyelewengan anggaran desa.


Di antara sejumlah insan pers yang tengah menunggu, empat lainnya bersepakat melihat lokasi kejadian.


Peristiwa ini menjadi menarik di tengah kenaikan harga cabai di Gumi Patuh Karya, yang tembus hingga Rp100 ribu.


Tak berfikir panjang empat wartawan ini menuju lokasi di Dusun Aiq Anyar, Desa Sukamlia, Kecamatan Sukamulia dengan mengedarai sepeda motor.


Menuju lokasi syukurnya jalan yang dilalui terbilang cukup baik. Semuanya berlapis aspal. Yahg hanya ukuran beberapa meter masih jalan tanah, namun tidak becek.


Sesampainya di lokasi, nampak tiga orang yang tengah asyik mensortir cabai. Keempat jurnalis ini bergegas menemuinya dengan menerobos pematang sawah.


"Assalamualaikum pak, bapak yang kehilangan cabai itu ya?," tanya Undra, salah seorang wartawan.


Pertanyaan itu sontak membuat petani sedikit terkejut. Dengan raut wajah sedikit terheran.


"Ya, disebelah sana," jawab petani yang disampingnya, Abdul Kadir Jaelani, sembari menunjukan jari.


Mungkin ada orang mencuri atau orang gila dia mengaku belum tahu pasti. Yang jelas, petani setempat menemukan batang pohon lengkap dengan buahnya berserakan.


Menurutnya jumlahnya tidak banyak sisa yang ditemukan. Namun, lanjutnya, tak mengetahui berapa yang telah diambil.


"Yang ditemuin sekitar sepuluh batang. Harus dijaga kalau tidak dijaga ya seperti ini," bebernya.


Lebih jauh dia menceritakan soal nasib sebagai petani cabai. Tumbuhan bernama ilmiah Capsicum Frustescens ini mengalami kerusakakan karena pengaruh cuaca yang tidak menentu.


Banyak dari cabai ini terkena jmet (patek) akibat terkena jamur. Lahan miliknya yang luasnya 18 are, seharusnya mendapatkan 1 kwintal. Tapi setelah panen justeru hasilnya tidak sesuai. Buah yang kondisi baik hanya 25 kilo.


"Seharusnya dari panennya dapat 1 kwintal, dapatnya cuman 25 kilo," sebutnya.


Dengan kondisi ini petani disebutnya sangat rugi. Semisal tidak jamuran maka bisa ada keuntungan.


Saat panen petani biasanya menggunakan buruh petik dengan upah Rp 5.000 ribu per kilo.


Setelah itu petani melakukan sortir, memisahkan buah yang bagus atau layak untuk dijual dengan yang tidak.


"Yang bagusnya sih dijual, tapi yang rusak dijemur. Kalau yang rusak kan dilarang untuk dijual karena tidak baik untuk kesehatan," paparnya.


Saat ini harga cabai di petani sebesar Rp50 ribu, meski di minggu kemarin disebutnya sempat anjlok diangka Rp35 ribu. (kin)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama