Ngalun Aik, cara masyarakat Aikdewa merayu di musim kemarau - OPSINTB.com | News References

20/10/24

Ngalun Aik, cara masyarakat Aikdewa merayu di musim kemarau

Ngalun Aik, cara masyarakat Aikdewa merayu di musim kemarau

 
Ngalun Aik Aikdewa

OPSINTB.com - Pertemalian budaya dan alam begitu unik. Hubungan keduanya tak pernah hambar makna. Hubungan keduanya seperti pasangan kekasih. Ketika alam sedang tidak baik, budaya hadir sebagai obatnya.


Pada musim kemarau misalnya. Masyarakat melalui ritusnya menjadi penawar agar alam segera memberikan air.


Ada beberapa ritus yang biasa dilakukan. Dalam islam, umat akan melaksanakan solat istisqo' untuk meminta hujan.


Di Lombok zaman dulu, ketika kemarau tiba warga bakal gelar peresean, adu tanding antar pepadu. Sebab, darahnya diyakini bisa menjadi syarat air akan segera datang, berupa hujan.


Di desa yang lain, ada juga yang menggelar ritual neda. Ritus ini pun sama, tujuannya agar air segera datang.


Itulah yang dilakukan oleh warga Aik Dewa, Kecamatan Pringgasela. Mereka melaksanakan ritus Ngalun Aik, agar air kembali melimpah.


“Ngalun Aik itu sendiri sebagai wujud adat budaya nenek moyang kita untuk bagaimana kita menghargai alam dan tentunya doa dan harapan yang kepada yang maha kuasa dengan melakukan ritual adat,” ucap Ketua panitia Gawe Desa 4 Aikdewa, Marzuki, Minggu (20/10/2024).


Dia menuturkan, Ngalun Aik Kokok merupakan label kegiatan Gawe Desa Aikdewa. Kegiatan tersebut, kata dia, rutin digelar pada musim kemarau tiba.


Marzuki menerangkan, Ngalun Aik Kokok sendiri berasal dari bahasa Sasak yang berarti merayu air. Tujuannya, imbuhnya, agar air dapat kembali melimpah ketika dalam kondisi debit menurun pada musim kemarau.


Tahun ini, kegiatan ritual adat itu dirangkaikan dengan pelaksanaan budaya lainnya yakni Poposan.


Poposan ini sendiri di desa Aikdwa merupakan acara sunatan masal yang dilaksanakan di atas gazebo setinggi lima meter dengan ukuran luas 2 x 2 meter.


“Poposan ini merupakan gazebo setinggi 5 meter yang sering dilaksanakan oleh masyarakat kita dahulu," ucapmya


Esensi ritual itu, terangnya, di yakni dapat meningkatkan keberanian dan mental dari anak-anak hingga saat tua nanti, serta siap bertempur dalam keadaan apapun.


Dirinya kembali menyinggung prosesi adat Ngalun Aik Kokok. Kegiatan warga Aikdewa yang satu ini masuk dalam salah satu pencatatan warisan budaya tak benda Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 


Marzuki berharap agar kegiatan pelestarian budaya ini dapat terus berjalan dan menjadi salah satu wadah untuk memperkenalkan Aikdewa. Dari segala potensinya ke masyarakat luas dan para pemangku kebijakan, agar nantinya dapat dilirik dan berdaya saing.


“Harapan kita agar event ini terus berjalan setiap tahunnya, terlebih masuk dalam kalender of event Lombok Timur dan target kita dapat menembus pasar nasional bahkan internasional,” harapnya.


Sementara itu, Sektretaris Dinas Pariwisata, Muhir, mengatakan bahwa sesungguhnya Desa Aikdewa telah melaksanaan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pokok-pokok Kemajuan Kebudayaan. Terkait dengan tradisi yang digelar, pemerintah daerah telah memiliki kaki dan tangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk pelestarian.


“Mohon kiranya pak Kepala Desa dapat menyurati Kepala Dikbud agar dapat diakui secara nasional bahwa ini Ngalun Aik ini tumbuh, subur, utuh, dan berkembang hanya ada di Desa Aikdewa,” ucap Muhir.


Tak hanya sampai disitu, kata dia, namun juga termasuk penggunaan dana dalam hal pelestarian budaya.  Tentunya, ucapnya, bakal melihat embrio yang muncul tentang kebudayaan sehingga dapat dilirik dan bisa turut serta.


Dengan demikian, kata Muhir Desa Aikdewa telah melaksanakan UU 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.


Menurutnya, jika ini terus terlaksana maka akan ada satu-satunya desa di Lombok Timur yang melaksanakan UU 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya itu. 


"Saya pribadi gereget sekali dengan hal yang berbau kebudayaan, maka saya siap memberikan pendampingan untuk Desa Aikdewa,” ujarnya


Muhir meminta kepada Camat Pringgasela, untuk membuatkan plan staf akurasi kegiatan Ngalun Aik tersebut. Sehingga nanti alur birokrasi berjalan dengan baik serta terus dikembangkan menuju kebudayaan yang lestari hingga generasi bangsa selanjutnya.


“Jika Pringgasela berhasil masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN), maka tidak mustahil Aikdewa dapat melakukan itu," ujarnya


Salah satu langkah sebutnya, yakni melakukan akurasi kegiatan tersebut dan tentunya tambahan lain seperti infrastruktur.


Jika itu berhasil, Muhir berjanji Dinas Pariwisata dan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Timur, akan menggelar karpet merah untuk mendatangkan orang-orang berpengaruh untuk melihat kebudayaan dan segala sisinya.


Menurutnya, hal itu membutuhkan kolaborasi yang baik semua pihak baik dari masyarakat, kepala desa, camat, dan Pemda untuk menjadikan kecamatan Pringgasela ini menjadi satu-satunya kecamatan budaya pertama di Indonesia.


"Kami menekankan pemerintah desa Aikdewa untuk dapat memaksimalkan anggaran pemberdayaan masyarakat desa dengan memasukkan kegiatan kebudayaan tersebut dalam penganggaran untuk tahun berikutnya," pungkasnya. (kin)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama