OPSINTB.com - Pemda Lombok Timur, masih tabuh genderang perang untuk kasus stunting. Untuk itu pemerintah terus menggalang kekuatan untuk mengatasi hal tersebut.
Penjabat Bupati Lombok Timur, H Muhammad Juaini Taofik, mengakui mengatasi stunting diperlukan peran semua pihak. Tidak hanya dari komponen kesehatan, melainkan juga dari yang lain seperti Kepala Desa hingga Kementerian Agama.
Pengakuan tersebut disampaikan dalam sambutannya sebelum membuka acara Diseminasi Hasil Temuan Awal Studi Action Against Stunting Hub Indonesia yang berlangsung Selasa (10/9).
Kepada peserta yang hadir secara virtual maupun di Rupatama 2 Kantor Bupati, Pj menyebut saat ini stunting tidak lagi menjadi persoalan budaya semata.
“Situasi kita di Lombok Timur saat ini, persoalan stunting bukan lagi semata-mata persoalan budaya, tetapi sudah mulai bertransformasi menjadi persoalan masyarakat kita,” ungkap Pj Bupati yang karib disapa Kak Ofik.
Tak heran, hampir dalam setiap kegiatan dan program tiga tahun terakhir mulai dari pendidikan, pertanian, DP3AKB, peternakan, hingga sosial, dan OPD lainnya, stunting mendapat perhatian. Dari sisi anggaran, jelasnya, nilainya dapat mencapai Rp140 miliar.
Namun demikian Kak Ofik mengakui, Pemda belum mengukur ketepatan program-program tersebut dalam upaya menurunkan kasus stunting.
Dia membeberkan, berdasarkan elektronik pelaporan dan pencatatan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) kasus stunting di Lombok Timur masih berada di angka 15,6 persen. Sementara data survei kesehatan Indonesia (SKI) 2023 angkanya masih di 27 persen.
Oleh karena itu, dirinya menegaskan stunting masih tetap menjadi masalah yang penting. Terlebih jumlah bayi dan anak usia tujuh tahun di Lombok Timur, mencapai tak kurang dari 200 ribu jiwa.
Karena itu, Pj Bupati mengapresiasi Action Aginst Hub Indonesia, yang menerapkan penelitian inovatif untuk mengatasi masalah stunting dengan pendekatan holistik.
Dirinya menyampaikan terimakasihnya kepada Seameo Recfon atas kegiatan yang dilaksanakan di Lotim, dengan lokus di empat kecamatan yaitu AIkmel, Lenek, Sikur, dan Sakra.
Bekerja sama dengan UK Research and Innovation (UKRI) melalui Global Challenges Research Fund (GCRF) dan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram sebagai mitra lokal.
Seameo Refcon melakukan studi interdisiplin Action Aginst Hub dalam upaya penurunan dan pencegahan stunting.
Ia berharap hasil studi tersebut dapat memberikan pengetahuan dan pemahamam komprehensif kepada semua pihak. Sehingga nantinya akan berdampak terhadap penurunan stunting di Lombok Timur dan lokus lainnya. Program serupa juga dilaksanakan di India dan Senegal.
"Hasil penelitian yang akan disampaikan diharapkan menjadi acuan dalam penurunan maupun pencegahan stunting di Lombok Timur," harap Kak Ofik.
Kegiatan ini dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur, perwakilan OPD terkait, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Tim Penggerak PKK Kecamatan, juga kepala desa yang menjadi lokus kegiatan. (red)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami