OPSINTB.COM - Tumpukan kenangan masa lalu berupa catatan sejarah invasi di Indonesia seperti tak berkesudahan. Seumpama keluar dari kandang singa, masuk mulut buaya.
Pemerkosaan hak asasi untuk hidup dengan layak sepertinya menjadi bagian yang tak terhindarkan. Betapa tidak, di tanah yang subur, elok dan permai ini diselimuti ketakutan dari serangkaian penindasan demi penindasan.
Penghisapan dan perbudakan di negara ini sepertinya menjadi tragedi kemanusiaan paling miris. Bayangkan saja, pada masa lalu rakyat dijadikan budak.
Mulai kerja paksa Rodi pada masa Belanda, kerja paksa Romusha, Jepang, hingga tanah dan hasil-hasil panen. Semuanya sudah dikecap manusia.
Andai deretan kenangan itu dilacak, kehadirannya tak pernah diinginkan. Bahkan, untuk sekedar mampir di benak pun, generasi hari ini tak pernah sudi. Sakitnya terlalu perih.
Indonesia yang didera kenyataan pahit masa lalu rupanya masih memercikkan harapan. Mereka ingin hidup sama setara selayaknya manusia yang lain. Tanpa penindasan, tanpa perbudakan.
Tak heran semenjak invasi Portugis, Belanda hingga Jepang, letupan-letupan perlawanan seolah tak pernah sunyi.
Lihat saja, berbagai gerakan lahir, komitmen kemerdekaan sebagai sebuah sumpah pun hadir. Bayangkan selama 142 tahun gerakan itu terus terbangun.
Barulah 17 Agustus 1945 momentum itu datang. Indonesia menyatakan diri merdeka.
Mungkin kenangan itulah yang terlintas di benak Penjabat Bupati Lombok Timur, H Muhammad Juaini Taofik. Perjalanan panjang menjadi bangsa ini, menurutnya, bukanlah hadiah, melainkan hasil perjuangan panjang dan penuh pengorbanan.
"Kemerdekaan adalah buah dari perjuangan yang tiada akhir. Ini bukan hadiah, melainkan hasil kerja keras bangsa kita," ungkap pria yang karib disapa Kak Ofik itu, dengan nada sedikit berat dan tenang, Jumat (16/08/2024).
Nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh para pahlawan, sebutnya tetap relevan dan harus terus dipegang teguh dalam era modern ini.
Kemajuan yang dinikmati oleh generasi sekarang, lanjutnya, adalah hasil dari jerih payah serta pengorbanan para pendahulu. Oleh sebab itu, kata dia, semangat perjuangan itu harus diwariskan kepada generasi mendatang.
Dia menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam melanjutkan cita-cita bangsa. Ia mendorong pemuda untuk terus bekerja keras dengan memanfaatkan kesempatan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi demi masa depan yang lebih baik.
Menurutnya, pendidikan adalah pilar utama untuk meraih kesuksesan. Dia menyebut hal itu sebagai jembatan penghubung dengan peluang.
Selain pendidikan, kesehatan juga menjadi pilar penting, dan jadi fokus utama.
Kesehatan, ucapnya, adalah aset berharga yang memungkinkan seseorang menjalani kehidupan yang produktif.
"Tanggung jawab bersama memastikan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan berkualitas," terangnya.
Selanjutnya, bebernya, pentingnya kesejahteraan ekonomi sebagai bagian integral dari kemerdekaan sejati. Menurutnya, pendapatan yang adil serta kesejahteraan yang merata adalah hak setiap warga negara.
Oleh karena itu, kemajuan ekonomi harus menjadi prioritas dalam membangun bangsa yang kuat dan mandiri.
"Setelah 79 tahun, bangsa ini berhasil membangun stana untuk negara sendiri, sebuah simbol kemandirian dan kemajuan yang telah dicapai," sebutnya.
Istana, ujar Kak Ofik, sebagai simbol dari langkah besar menuju Indonesia Maju. Setiap warga negara memiliki kesempatan untuk berkembang.
"Visi ini menggambarkan masa depan yang lebih inklusif dan penuh harapan," kata dia.
Lantaran itu dirinya mengajak seluruh masyarakat untuk terus berjuang demi cita-cita bersama.
Semangat yang diwariskan oleh para pahlawan, paparnya, harus terus hidup dalam setiap langkah dan tindakan sehari-hari.
"Setiap individu memiliki peran dalam perjuangan ini," pungkas Kak Ofik. (kin)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami