Betetulak pesan bertuan dari Pesona Budaya Pengadangan - OPSINTB.com | News References -->

20/10/22

Betetulak pesan bertuan dari Pesona Budaya Pengadangan

Betetulak pesan bertuan dari Pesona Budaya Pengadangan

 
Betetulak pesan bertuan dari Pesona Budaya Pengadangan

OPSINTB.com - Langit berselimut mendung sejak pagi hari. Hujan pun turun meski tak begitu lebat.

Sesekali petir terdengar bergemuruh, memecah hening susana hujan di desa itu. Di samping perempatan, pohon beringin rimbun menjadi penanda wilayah itu.

Saat hujan berhenti, mendadak alam bersahabat. Begitu pun dengan cuacanya yang tak begitu terik.

Tak lama berselang, perempuan dengan pakaian adat lengkap berwarna hitam, memenuhi jalanan.  Membawa nampan berisi buah, ada juga dulang terbuat dari kayu, masing-masing bertutup tudung berwarna merah.

Sedang yang laki-laki, dari anak-anak hingga dewasa. Termasuk tokoh-tokhoh setempat. 

Ada yang menggunakan ikat kepala putih, hitam, merah dan berbagai warna lainnya dalam pakaian adat lengkap.

Mengisi empat penjuru, jalan di desa dibawah kaki gunung Rinjani ini. Ribuan manusia berkumpul dalam satu titik. Satu semangat mensukseskan gelaran Pesona Budaya V Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur.

Dalam gelaran tersebut, di sajikan pola berbagai jenis kesenian. Mulai tari kolosal, tari Tembolak Abang oleh 200 pemuda, atraksi gamelan bleq, Cunkli, Rantok, Slowber. 

Ada kirab 5000 dulang. Nampak juga beberapa orang asing yang mengambil bagian membawa hal serupa dengan warga setempat. Lengkap dengan pakaian adat di desa tersebut.

Selain dulang, di lokasi itu juga digelar ritual betetulak maulid dengan khusu'. Diiringi dengan pembacaan solawat pada Nabi Muhammad SAW.

"Betetutlak ini kebutuhan masyarakat, karena mengembalikan segala hakekat hidup kepada yang maha kuasa," terang Ketua Lembaga Adat Pengadangan, Asipudin, (19/10/2022).

Betetulak berasal dari kata tulak yang berarti kembali. Maka saat inilah dikembalikan kepada Allah SWT.

Lantaran dalam satu tahun disebutnya kadang manusia lupa. Baik musibah dan segalanya.

Tradisi ini, imbuhnya, merupakan budaya peninggalan leluhur Desa Pengadangan, khususnya Suku Sasak. Biasanya ritus ini dilakukan pasca datangnya wabah penyakit atau bencana alam. 

Sehingga, Betetulak disebutnya mengembalikan semua kepada yang maha kuasa. Sebab, tak ada satu pun kejadian tanpa seizinnya. Termasuk, jelasnya, acara yang saat ini digelar. 

"Kita kembalikan ke Yang Maha Esa," ucapnya.

Dikatakan, lima ribu dulang yang dibawa oleh masyarakat dalam tradisi Betetulaq kali ini, menyimbolkan Pesona Budaya Pengadangan telah berjalan sebanyak 5 kali. 

Yang dibawa ribuan warga dari empat penjuru mata angin. Dari timur, barat, utara, dan selatan. Keempat kelompok masyarakat tersebut bertemu di satu titik kumpul. 

Menyimbolkan bertemunya matahari sebagai sumber panas yang terbit dari timur. Seperti air dak dari utara, kemudian angin berhembus melalui barat, serta air laut jalur selatan.

Di tengah titik kumpul, tokoh adat dan agama melakukan pertemuan. Bertemunya kedua unsur ini adalah simbol dari penyatuan satu kata yakni Adat Gama. 

"Pertemuan ini menyimbolkan bahwa manusia diatur oleh 3 hukum yakni hukum adat, agama, dan negara," terangnya.

Dikatakan, kedua unsur ini bersama-sama melaksanakan zikir dan doa. Dengan niatan mengembalikan seluruh hidup kepada sang pencipta. 

Sehingga dulang yang dibawa oleh akan dimakan bersama dengan sanak keluarga di lokasi prosesi. 

"Tidak boleh ada makanan yang tersisa sedikitpun," tandasnya. (zaa)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama