Munajat bulan Safar untuk obat jiwa bagi warga Songak - OPSINTB.com | News References -->

12/09/22

Munajat bulan Safar untuk obat jiwa bagi warga Songak

Munajat bulan Safar untuk obat jiwa bagi warga Songak

 
Munajat bulan Safar untuk obat jiwa bagi warga Songak

OPSINTB.com - Sekira pukul 15.20 Wita, dari tempat ibadah terdengar lantunan ayat-ayat suci Al quran. Menandakan waktu Ashar akan segara tiba. 

Tak lama berselang, nampak satu persatu orang bergegas datang ke tempat ibadah, mengenakan seperangkat kain sholatnya. 15 menit setelahnya, lantunan ayat suci adzan pun berkumandang.

Solat wajib pun telah usai dilaksanakan secara khusuk. Begitu juga dengan do'a yang dipanjatkan.

Biasanya semua rangkaian itu usai dilaksanakan, mereka pulang menuju ke kediaman masing-masing. Tak sore itu, jemaah masigit bengan bertahan. 

Jemaah laki-laki memadati induk masjid berukuran 9x9 meter itu. Sedang perempuannya duduk rapi di aula.

Tak lama berselang, sejumlah orang datang membawa sesangan dan sanganan lengkap. Juga cawan berwarna emas berisi kembang setaman. Semua itu tak lain sebagai syarat ihwal syarat pelaksanaan ritual adat Bubur Beaq.

Ritus tersebut digelar bagi masyarakat Desa Songak, Kecamatan Sakra, yang lahir di bulan Shafar.

"Jadi sebelum melaksanakan ritual ini, bagi warga yang hidup di bulan Shafar akan mengalami kegundahan," kata Tokoh Adat Desa Songak, Murdiyah, Kamis sore (30/9/2022).

Ritual Bubur Beaq, tuturnya, dilaksanakan sejak dulu, dan pelaksanaan ritus tersebut di masjid tua. Ritual ini, jelasnya, dilaksanakan pada bulan Shafar. Sebagai obat jiwa bagi orang yang lahir di bulan itu.

Lantaran mereka dihantui rasa gundah, khawatir, depresi, malas, dan emosional. Dan peristiwa semacam itu masih ditemukan hingga saat ini.

"Perasaan itu tidak akan berakhir sebelum melaksanakan ritual Beaq itu," ucapnya.

Bubur tersebut, terangnya, oleh orang yang bersangkutan dimakan. Lalu, meminum, membasuh muka dan kepala menggunakan air setaman yang sudah di dzikirkan itu.

Kendati demikian, tuturnya, ritus itu pelaksanaannya sempat hilang dari di masjid tua. Hanya digelar di rumah-rumah warga saja. Barulah pada tahun 2000-an, pelaksanaan dikembalikan ke masjid.

Dalam ilmu tarikat, imbuhnya, pelaksanaan ritual bubur beaq ini, dimaknai sebagai bentuk manusia yang sudah merah, karena tubuh sudah mengandung darah.

Menurut aliran ini, pada bulan inilah bersatunya sifat Jamal Allah dengan Jalal Allah.

"Jadi bulan Muharram itu masih berbentuk mani, dan bulan safar itu sudah merah karena ada kandungan darah," bebernya.

Kasi Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lotim, Khaliqi mengatakan, sesuai dengan Undang-Unang Nomod 5 tahun 2017, ada sepuluh pokok objek kebudayaan, salah satunya seperti ritual Bubur Beaq ini.

Lantaran itu ia mengaku mengapresiasi, kegiatan itu. Karena sebutnya ini bagian dari upaya menghargai sebagai ahli waris dari tokoh masa lalu.

"Kita telah banyak kehilangan jati diri dan identitas, dan adat luhur yang seharusnya sudah bisa dijalankan sesungguhnya," ucapnya.

Kesemuanya, lanjutnya, diakibatkan oleh media sosial, dan pergaulan. Maka ini harus diantisipasi serta harus dihidupkan kembali sesuai dengan karakter lokal Gumi Sasak.

"Jadi apa yang telah kita lakukan, yang sedang, maupun yang akan kita lakukan sudah diakui oleh Undang-Undang," terangnya.

Menurutnya, bukti berupa peninggalan sejarah serta ritus paling banyak di Lotim. Namun hal itu kurang literasi, penulisan, dan penceritaan. Buntutnya keberadaanya tak begitu diketahui seperti yang ada di Bali maupun jawa.

Untuk itu ia meminta agar situs dan ritus desa setempat untuk segera di tulis. Agar keberadaannya diketahui publik.

Berkenaan dengan itu, dirinya meminta kepada Pemerintah Desa (Pemdes) Songak, agar memfasilitasi.

"Karena bagaimana pun keinginan kalau tidak ada dukungan Pemdes tentu akan mengalami kesulitan, karena rekomendasi juru pelihara dari Pemdes," tandasnya. (kin)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama