PPSM Thohir Yasin kembangkan kelompok petani bersarung - OPSINTB.com | News References -->

15/02/22

PPSM Thohir Yasin kembangkan kelompok petani bersarung

PPSM Thohir Yasin kembangkan kelompok petani bersarung

 
PPSM Thohir Yasin kembangkan kelompok petani bersarung
   
OPSINTB.com - Saat ini para petani di Indonesia disulitkan dengan tidak adanya pupuk. Seperti diketahui pupuk menjadi bahan utama keberhasilan dalam meningkatkan hasil panen.

Namun, berbeda dengan kelompok tani yang ada di Pondok Pesantren Salaf Moderen (PPSM) Thohir Yasin Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur. Mereka berhasil mengembangkan tanaman berbahan pupuk organik.

Uniknya kelompok tani ini dinamakan Petani Bersarung. Pasalnya petani yang mengelola pertanian ini tidak lain ialah para santri dan ustad di Pondok Pesantren Tohir Yasin tersebut.

Ketua Kelompok Petani Bersarung, Zainuddin menuturkan awalnya ia dulu sebagai tukang kebersihan di PPSM Thohir Yasin, namun ia di tugaskan untuk menjaga area pertanian. Sehingga seiring berjalannya waktu, ia diangkat menjadi Ketua Kelompok Petani Bersarung tersebut. 

"Kelompok Petani Besarung ini, kami mulai tahun 2020. Sejak awal, pertanian ini menjadi unit usaha yang dimiliki Ponpes Tohir Yasin,'' kata Zainuddin pada opsintb.com Selasa (15/2/2022).

Ia menceritakan awal mula ia mulai menanam tanaman organik bersama Kelompok Petani Bersarung. Awalnya ia mengembangkan padi organik. Pada tahap pertama, ia mulai mencoba sekitar 25 are, namun setelah berhasil ia mencoba lebih luas menjadi 50 are. 

"Dalam setahunya kami bisa menanam padi tiga kali dalam satu tahun. Biasa seperti tanaman padi lainnya yang menggunakan pupuk berbahan kimia,'' terangnya.

Sementara itu, dalam Kelompok Petani Bersarung ini terdiri dari 15 orang. Dari 15 orang tersebut terdiri dari santri dan ustadnya. Alasan ia melibatkan santri dalam bertani karena adanya santri dari Sumbawa yang mengatakan memiliki lahan pertanian di kampungnya.

"Dengan ucapan mereka seperti itu sehingga kami ajak mereka ikut belajar di sela-sela waktu luangnya di ponpes," tutur Zainuddin.

Sementara itu, untuk memanfaatkan kotoran sapi yang banyak terbuang, ia berinisiatif memanfaatkannya menjadi pupuk organik.

"Kemarin kami sudah mendapat pelatihan dari Bank Indonesia (BI) yang husus mengelola kotoran sapi supaya menjadi Pupuk Organik Super Bokasi," jelasnya.

Lanjutnya, setelah mendapatkan pelatihan, ia dan pihaknya terus mengembangkan keterampilan dalam pembuatan pupuk organik tersebut. Bahkan dirinya bisa membuat pupuk sampai dua ton dalam seminggu. Dalam pengolahan obat-obatan, sampai pengolahan pupuk dan yang lainnya dikelola Kelompok Petani Bersarung.

Tidak hanya itu, untuk mengusir hama pada tanaman tersebut, mereka membuatnya sendiri menggunakan bahan organik. Misalnya hama keong. Untuk membunuh keong tersebut ia menggunakan keong itu sendiri. Caranya: keong tersebut ditumbuk lalu dicampur dengan MH11 lalu dipermentasi selama tujuh hari dan setelah jadi kemudian ditaburkan di sawah.

"Setelah kami permentasi selama tujuh hari, tumbukan keong yang dicampur MH11 lalu kita taburkan di sawah maka dengan itu hama keong itu akan mati dengan sendirinya," bebernya.

Selain itu, ia mengatakan hasil dari panen padi berbahan organik in, kuliatasnya jauh dari yang menggunakan kimia. Bedanya dari segi rasa, nasi menjadi lebih pulen dan lembut ketika dimakan. 

Dari segi harga, yang mengunakan bahan kimia harganya berkisar Rp9 ribu per kilo, sedangkan yang berbahan organik, ia menjualnya Rp 15 ribu sampai R20 ribu per kilonya.

"Kami jual perkilonya yang organik ini Rp15 sampai Rp20 ribu," tutupnya (zaa)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama