Penutupan objek wisata, warga Mataram protes aparat tak adil - OPSINTB.com | News References -->

20/05/21

Penutupan objek wisata, warga Mataram protes aparat tak adil

Penutupan objek wisata, warga Mataram protes aparat tak adil

 
Penutupan objek wisata, warga Mataram protes aparat tak adil

OPSINTB.com - Penutupan objek wisata yang diberlakukan menyikapi perayaan Lebaran Ketupat di tengah pandemi Covid-19, ternyata tidak diberlakukan di salah satu lokasi wisata di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Pasalnya, personel Kepolisian yang berjaga-jaga di objek wisata rekreasi pantai Loang Baloq, Tanjung Karang Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Kamis (20/5/2021), memberikan ijin masuk bagi umat Hindu Dharma yang akan melaksanakan ritual buang abu.

Pemberian ijin masuk kawasan objek wisata Loang Baloq oleh aparat Kepolisian itu, mendapat protes warga mengingat salah satu obyek wisata religi Maqam Loang Baloq ditutup total.

"Saya protes, kalau Hindu dikasih masuk, kalau Muslim ditutup total, satu-satu tidak dikasih masuk," kata Muslim, Ketua RT 03 Lingkungan Sembalun, Tanjung Karang yang ditemui di lokasi.

Menurut Muslim, aturan penutupan diberlakukan oleh pemerintah untuk seluruh kawasan objek wisata, sebagai upaya menekan Covid-19. Artinya, kalau ritual buang abu bagi umat Hindu dibolehkan masuk di area objek wisata Loang Baloq, harusnya umat Muslim juga dibolehkan berziarah di Maqam Loang Baloq yang jaraknya berdekatan.

"Maunya saya, biar dia adil ya kalau sepuluh orang (boleh masuk, red), ya sepuluh orang masuk. Kan bisa diatur protokol kesehatannya," ujar muslim.

Muslim menginginkan, pihak aparat Kepolisian bertindak adil dalam menerapkan aturan tanpa ada perbedaan (diskriminatif), sehingga dengan adanya ketidakadilan itu akan memicu kecemburuan sosial, yang akan berujung pada terjadinya konflik berbau SARA.

"Kita hanya minta keadilan saja, kalau bakal diberikan nonton, nonton lah semua biar adil, ndak ada yang masuk. Walaupun dia (umat Hindu, red) buang abu atau apa," tandasnya.

Sementara Kapolsek Ampenan, Kompol Raditya Suharta, dihubungi melalui aplikasi WhatsApp mengatakan, kejadian itu hanya sekedar salah paham, antara personel Kepolisian di lapangan dengan warga.

"Minta tolong nggih (iya, red) gak usah diperpanjang, itu salah pengertian anggota di lapangan saja," tulis Kompol Raditya.

Menurutnya, pasca kejadian itu pihaknya telah memerintahkan anggotanya untuk membuka kedua obyek wisata di Loang Baloq, dengan catatan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

"Makam bisa dibuka, tapi sesuai prokes, Dan dibatasi-Sudah saya perintahkan juga buka. Jangan sampai viral," tulisnya.

Sementara, terkait informasi adanya beberapa orang perwakilan warga diamankan pihak Kepolisian, karena dinilai memprovokasi terjadinya protes warga terhadap aparat, Raditya menegaskan bahwa tidak ada warga yang ditahan dalam peristiwa itu.

"Nggak ada ditahan, gak ada ditahan," ucapnya.

Hingga berita ini dipublikasi, kondisi di kedua obyek wisata Tanjung Karang terpantau kondusif dengan penjagaan ketat aparat keamanan. (red)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama